Pages

Tuesday, January 23, 2007

Syukuran Wisuda :)

Dear All,

Saya mewakili Neng May, Bang Chris, dan Mas Edy...dengan senang hati mengundang Bapak / Ibu / Adik / Sodara sekalian untuk hadir pada acara pelepasan/wisuda teman-teman kita dari Akademia Tunu yang telah lulus dengan catatan hehe... dan akan melanjutkan "master" di tempat lain.

Acara akan diadakan pada :

HARI : Rabu, 24 Januari 2006
PUKUL : 19 : 00 WITA - Selesai
VENUE : KEPITING KENARI

Kehadiran sodara-sodara sekalian sangat diharapkan oleh teman-teman kami demi mempererat tali silaturahmi di kalangan para profesional dan eksekutif muda di balikpapan dan sekitarnya...
Terima kasih banyak atas perhatiannya.. untuk nama2 yang terlewat, mohon di-fwd yak...

Boleh bawa spouse tapi anak dibatasi 2, laki perempuan sama saja..yang penting sehat hehe...

Dan hari ini ini adalah hari terakhir saya bekerja di kantor ini, bukan saya aja deng, ada juga Christian dan Mas Edy. Sore hari kami bertiga perpisahan kecil - kecilan di kantor, malam harinya pesta - pesta di Kepiting Kenari. Dah mirip kondangan, yang datang banyak sekali, sepertinya 60 orang lebih, maklum kami bertiga temannya macam - macam. Senang sekaligus sedih, pas bayar mahal sekali :D

Thank you guys, thank you Balikpapan, see you when I see you

bersama si Kakek, Alain Michot, Merci beacoup


udah kaya kondangan aja. Tampak di foto : Al, Mia, GunSut, Hosna

Yang berdiri yang mau resign : Chris dan May
Yang duduk : Feri, Anton, Bang Uut

Sisi lain yang datang kondangan : Mas Toon, Maman, Mba Anne, dkk
teman - teman di kantor


Friday, January 19, 2007

4 Hari Lagi


Keberadaan saya di perusahaan detergen ini tinggal menghitung hari. InsyaAllah 4 hari lagi jadi pengangguran sementara :p . Tapi ternyata load pekerjaan belum berkurang juga, agak aneh juga sebetulnya. Belum ada hand over kerjaan dan saya masih harus mengerjakan 6 KOM sebelum hari Rabu (mudah - mudahan bisa selesai).

Barang - barang belum juga dipacking, mudah - mudahan besok bisa selesai semuanya. Janji - janji yang belum dilaksanakan, duh ternyata masih banyak ya.

Belum lagi ada employee compliance check list yang harus dilengkapi, yang berati saya harus berkeliling 9 departemen untuk meminta tanda - tangan dari Head Department masing - masing. Udah mirip seperti waktu mau wisuda dulu, keliling kampus untuk minta tandatangan dan cap bebas pinjam dari seluruh perpustakaan yang jumlahnya lebih dari 20 itu. Bedanya kalau dulu petugas perpustakaan akan menyambut kita dengan senyum sambil mengucapkan : semoga berhasil, semoga cepat dapat kerja dll..kalau sekarang saya disambut dengan ucapan : kenapa pindah, di sini ga enak gitu, dapat tawaran lebih bagus ya, pindah kemana dll. Untungnya dari wajah - wajah yang saya jumpai tadi ada pula yang menyambut dengan senyuman sambil mengatakan : semoga berhasil di tempat baru..senyuman yang melegakan.

Iyah..empat hari lagi..ayo semangat !

Thursday, January 18, 2007

My 1st Driving Licence


Dengan noraknya saya umumkan bahwa sejak hari ini saya punya SIM he he. Baru buat tadi siang dan ternyata prosesnya cepat banget. Terhitung nembak karena saya cuma datang untuk difoto, tanda tangan dan ambil sidik jari. Tapi ternyata semua orang yang duduk berdekatan dengan saya di kantor polisi membuat SIM dengan prosedur yang sama. Termasuk bapak yang satu ini he he...

Mari mengemudi dengan baik dan benar di jalan raya :)

Wednesday, January 17, 2007

cukup

Teringat email seorang teman yang sudah berpenghasilan sangat besar (iseng ngitung, gaji sebulannya bisa beli 4000 karung beras @ 25 kg he he). Tadi pagi dia bilang gini : Aku di Jakarta ngontrak rumah petak May (lumayan buat aku sih)...sekitar 500 rb/bulan...udah cukup buat aku....

Saturday, January 13, 2007

Tentang Guide dan Porter (bagi kami lho)


Semalam saya dan pacar alias partner mendiskusikan rencana perjalanan kami akhir bulan ini. InsyaAllah kami akan menuju suatu tempat yang ada gambarnya di uang kertas 1000 rupiah. Hayo kemanakah itu, silahkan cek uang 1000an di dompet/saku baju masing-masing =)

Perbincangan menjadi makin menarik ketika saya menyampaikan bahwa teman saya Mario sudah mengontak temannya di sana yang bisa menjadi guide kami naik gunung. Hue he he padahal  dari dulu kala saya sudah mengerti bahwa partner selalu menolak mentah - mentah ide untuk naik gunung dengan bantuan jasa guide dan porter. Tentu saja naik gunung di sini adalah dalam konteks trekking di gunung dan hutan tropis Indonesia yang umumnya sudah memiliki jalur pendakian yang baik, waktu pendakian relatif singkat dan tingkat kesulitannya relatif mudah dibandingkan pendakian gunung es yang membutuhkan dukungan akomodasi yang tidak sedikit dan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

Setahu saya, partner memang paling anti naik gunung dengan bantuan porter, apalagi porter untuk barang pribadi. Atau naik gunung ditemani guide hanya dengan alasan biar "mudah". Partner lebih rela melakukan latihan fisik secara rutin demi menjaga kebugaran tubuh dan akhirnya bisa naik gunung sendiri tanpa bantuan porter. Juga lebih rela mencari data, tanya kanan kiri, searching di internet, beli peta dan siap dengan perkiraan jalur yang mantap dibanding naik gunung hanya mengikuti guide.

Bagi sebagian orang mungkin terkesan sangat idealis, tapi itu pilihan, boleh aja kan =)
Bagaimana dengan saya ? Saya langsung teringat kembali peristiwa 6 bulan yang lalu ketika saya bertemu adik kelas saya di unit leleuweungan kampus dulu. Lama juga tidak bertemu dengannya. Sayangnya pertemuan kami yang tak terduga ini dinodai oleh kalimat pertamanya berikut ini : "Mba May sekarang jadi manja ya, naik gunung udah pake porter, nyampe camp tenda udah siap, makanan dimasakin..ck ck ga nyangka deh Mba"

He he sialan, kok ni anak bisa tau juga, walaupun saya tahu ia cuma bermaksud menggoda. Dan sang adik bercerita kalau berita saya naik gunung pake porter ini sempat menjadi topik hangat selama beberapa hari di sel sana. Memalukan  =).

Memang betul sih...dua bulan sebelumnya saya dan 15 orang teman sekantor baru pulang dari sebuah pendakian gunung. Saat itu kami memang menggunakan jasa porter untuk membawa barang kelompok seperti tenda, bahan makanan, dsb. Selain itu porter-porter yang baik hati itu memang membuatkan tenda, memasakkan makanan (tapi saya ikut ke dapur juga lho) bahkan hingga mencari kayu dan membuat api unggun. Konsep pendakian yang bagi saya pribadi kurang sesuai dan saya tidak sepaham dengan itu sejak awal. Tapi demi kepentingan bersama dan mensukseskan moto hidup : memasyarakatkan naik gunung dan menaikgunungkan masyarakat akhirnya kami tetap naik gunung dengan bantuan porter. Tapi akhirnya ya begitulah he he..Mba May yang menjadi manja...walau pada kenyataannya saya bawa semua barang pribadi saya sendiri lho..ga dititip ke porter...tapi tenda tetep dipasangin.

Padahal sewaktu di kampus dulu saya dikenal sebagai orang yang paling anti nitip-nitip barang apalagi pakai porter, bahkan Neneng - sahabat baik saya yang selalu kena omelan saya..karena kalau naik gunung ia sering nitip minta  dibawain barang he hehe ..padahal saya tahu Neneng sanggup untuk bawa sendiri, dan setelah dicoba ternyata bisa kan Neng.

Selain dana untuk sewa porter ngga ada (dah bisa jalan - jalan dan ke gunung aja alhamdulillah) ini juga sudah menjadi semacam prinsip : barang pribadi sebisa mungkin HARUS dibawa sendiri, jangan dititipin apalagi dibawain porter. Alasannya sederhana, bila suatu saat kita terpisah dari tim kita harus tetap  bisa survive. Salah satu alat bantu agar kita bisa tetap survive adalah perlengkapan - perlengkapan tersebut, yang sebisa mungkin kita bawa sendiri.

Bagaimana dengan pertanyaan :"Gimana kalau kondisi fisik tidak memungkinkan?" Hue he he ini lain lagi. Ketika kita memutuskan akan mendaki gunung/trekking dan sebangsanya maka kita memiliki tanggung jawab pribadi untuk menyiapkan kondisi fisik kita. Sebisa mungkin mengkondisikan latihan dengan kondisi medan yang sebenarnya. Yang penting kita sudah berusaha, terlepas nanti ketika pendakian yang sebenarnya ternyata kita membutuhkan bantuan dari teman perjalanan kita.

Dan barusan, setelah saya ingat - ingat lagi..pendakian terakhir saya yang menggunakan porter memang kehilangan gregetnya, kurang berkesan. Menjadi terlalu mudah dan banyak moment - moment menyenangkan yang hilang.

Coba deh ingat - ingat, gimana serunya memberi semangat pada teman yang kelelahan membawa ranselnya, ngejahilin teman dengan memasukkan semangka  utuh ke dalam ransel yang sudah dipacking rapih tanpa sepengetahuan pemilik ransel (Hai Bayu he he), pasang tenda di bawah hujan deras kemudian duduk manis sambil menghangatkan tubuh dengan segelas teh manis di dalam tenda yang dibuat sendiri, sambil memasak, bercerita - cerita, atau seorang sahabat baik saya yang hobbynya bikin perapian kemudian selalu tertidur di sampingnya, thanks God tenda jadi kosong he he..such a beautiful moment.

Iyah..pada intinya bagi saya naik gunung yang terakhir itu hilang gregetnya...dan salah satu penyebabnya karena kami menggunakan porter.

Ini pemikiran pribadi aja lho, tidak bermaksud mempengaruhi atau maksa kalian semua naik gunung tanpa porter dan guide. Hasil diskusi ma partner tentang hal ini. Untungnya kami berdua punya pendapat yang sama. Buat kami berdua, akan menjadi lebih seru, lebih menarik, dan lebih berkesan naik gunung tanpa porter dan guide. Kecuali memang kondisi medan membutuhkan jasa mereka. Misalnya apabila kami berdua punya rejeki dan bisa ke Kinabalu, tentu kami akan menggunakan jasa porter dan guide, karena peraturan mengharuskan itu. Atau kalau ada rejeki lagi bisa ke Himalaya misalnya, maka kami pasti punya foto bersama sherpa -sherpa itu. Fleksibel.

Kami berdua tidak mau kehilangan moment indah yang membuat kami selalu ingin kembali ke gunung dan kami berdua ga mau marah-marah sama porter gara - gara mereka membuat kesalahan atau lalai membawakan barang yang kami titipkan. Atau jadi kecewa sama guide kami karena kami nyasar atau tujuan tidak tercapai. Bagi kami lebih indah kecapean menggotong ransel dan nyasar dengan jalan yang kami pilih sendiri. Ini opini pribadi ya, ga diikutin juga ga papa, protes juga monggo. Ayo kembali ke gunung =)

Catatan dari Paman Wikipedia :

The word "guide" was incorporated into (Middle) English via Old French "guider" which meant "to guide, lead, conduct".
Mountain guides are those employed in mountaineering, these are not merely to show the way but stand in the position of professional climbers with an expert knowledge of rock and snowcraft.
Porter is a person who carries luggage and related objects.
The Sherpa are an ethnic group from the most mountainous region of Nepal, high in the Himalaya. In Tibetan shar means East; pa is a suffix meaning 'people': hence the word sharpa or Sherpa. Sherpas migrated from eastern Tibet to Nepal within the last 500 years.
The term 'sherpa' (the preferred spelling with a lower case first letter) is also incorrectly used to refer to local people, typically men, employed as porters or guides for mountaineering expeditions in the Himalayas. They are highly regarded as experts in mountaineering and their local terrain, as well as having good physical endurance and resilience to high altitude conditions. However, a sherpa is not necessarily a member of the Sherpa ethnic group. A female sherpa is known as a "Sherpani".

Friday, January 12, 2007

Five Angels from Borneo

Latar belakang kami sama: pegawai swasta di sebuah perusahaan eksplorasi dan produksi minyak bumi dan gas alam. Mungkin yang membedakan kami dengan perempuan-perempuan yang lain adalah lingkungan kerja yang didominasi kaum pria, dan pekerjaan kami itu sendiri yang agak ‘macho’ untuk ukuran perempuan, yang antara lain:
  1. Memanjat tangki setinggi 17 meter
  2. Menginap di Delta Mahakam atau rig lepas pantai dengan tidak menanggalkan helm yang selalu membuat kami tampak bodoh, atau sepatu safety yang membuat berat badan kami tiba-tiba melonjak 5 kilo!
Balikpapan memang bukanlah kota kecil, tapi tetap saja, jauh dari peradaban yang berpusat di Jawa. Awalnya kami sama-sama menemui kesulitan untuk beradaptasi, apalagi kami semua memang tumbuh dan besar di Jawa dengan segala fasilitasnya. Buat belanja saja cuma ada Hero, di Mall Fantasi dan Balikpapan Center, makanya kami beli Dove-nya disana, meskipun… yaa… sedikit lebih mahal… (dasar cewek :D).

Wahh… kalau begini terus, bisa mati bosan!! Untungnya kami sama-sama kompak: jalan-jalan ke Samarinda (setidaknya mereka punya bioskop dan McD, dua hal yang tidak ada di Balikpapan), nongkrong di kafe di tepi pantai, bercerita dan berbagi rahasia sampai jam 3 pagi, dan tentunya, favorit kami: berbagi gossip tentang pria-pria di sekeliling kami, dan pasangan atau incaran kami masing-masing.



Feri Susanti (Feri) - Process Engineer - 24th
Muka Batak meskipun Jawa asli, suka nulis, movie mania, demen jalan-jalan dan wisata kuliner (yeah, kliatan khan??).

Gita Evelina (Gita) - Laboratory Engineer - 27 th
Maen tennis, demen pake hak tinggi karena takut terlihat pendek, Trus takut gelap, kecoak, dan hantu (apalagi Kuntilanak..!!!).

May Sari Hendrawati (May) - Geologist - 25 th
Suka hiking, suka masak (spesialisasi: on a high altitude), dan tukang potret.

Putie Andriani (Putie) - Process Engineer - 24 th
Satu-satunya dari kami yang sudah menikah, paling anti poligami, tempat bertanya segala hal tentang nutrisi dan diet, dan sekarang tentang kehamilan juga.

Putri Dwithasari (Putri) - Maintenance Engineer - 24 th
Doyan main squash, tomboy, tapi suka banget mengoleksi sepatu dan belanja sepatu tanpa mikir-mikir lagi.

Written by Feri Susanti

Epigram

Dari Epigram, halaman 310 - 312

Salah seorang tetangganya dulu di Kampung Lembang memiliki sawah yang sangat luas di Subang. Kris melihat orang itu selalu disibukkan segala urusan sawah yang meskipun digarap orang lain, tidak jadi lebih mudah. Petani penggarap itu lalu menjadi masalah baru untuknya, setoran gabah yang sering kurang tiap panen dengan alasan hama, harga pupuk yang naik, dan seterusnya.

Orang tua Adun pernah berkunjung ke Bandung dan di mata Kris, ibu Adun tampak kerepotan sekali dengan mobil mewahnya. Mengeluh karena macet, angkot yang hampir menyerempet, dan seterusnya. Sopirnya sudah sangat enggan membawa mobil itu karena selalu dicekam ketakutan mobil tersebut akan mendapat masalah di jalan, terutama karena gerutuan atau teriakan panik Ibu Adun di jok belakang.

Berbeda dengan Adun, sang anak. Suatu hari Land Rover-nya diserempet angkot yang nyalip dari kiri. Adun kaget sebentar lalu melambatkan mobil. Angkot juga tampak melambat dengan sopir yang mulai panik karena adanya dua kemungkinan : pengemudi Land Rover dan teman - temannya akan bicara baik - baik untuk meminta ganti rugi kerusakan yang pasti besarnya di luar kemampuannya, atau malah para anak muda itu akan mengeroyoknya. Tapi Adun melambatkan mobil hanya karena kaget, setelah kembali tenang ia cuma melambaikan tangan pada sopir angkot yang wajahnya masih tampak pucat. Teman - temannya pun mengira Adun berhenti untuk melakukan hal yang umum, menuntut ganti rugi. Mereka memprotes  sikap Adun yang tidak mengambil tindakan apa - apa terhadap si sopir angkot.

Dengan kalem Adun bilang, " Aaah, sudahlah, cuma bodi mobil. Bukan bodiku."
"Mentang - mentang banyak duit, ya ? Mobil diserempet orang nggak minta ganti...."
"Kamu takut sama sopir angkot, Dun ? Aku siap bantuin ngeroyok tuh sopir sialan!"

Adun tertawa. "Itulah yang bikin kalian hidup susah dan tak punya pacar, karena hati kalian dipenuhi benda mati. Mobil keserempet orang aja dimasukin hati."

"Maksudmu apa ? Hei, Kris, kamu apain tuh si Adun ? Kok ngomongnya ngawur gitu. Jadi gila kayak kamu, ya?"

Kris yang duduk di belakang cuma tertawa. Ia sendiri tidak tahu kenapa Adun membiarkan saja kejadian barusan. Ia tertawa hanya karena pertanyaan itu.

Adun juga ikut tertawa. Lalu, "Asal tahu saja, hati itu tempat menyimpan hal - hal indah,seperti cinta dan pacar. Mobil butut kok dimasukin ke hati!"

"Kamu bisa bicara yang lebih sederhana?"

"Maksudku, kan yang keserempet cuma mobil. Kenapa sih harus marah? Apalagi sakit hati? Urusannya apa ? Tersinggung dan terhina karena harta kita terusik orang ? Apa karena bakal keluar duit buat benerin ? Cuma penyok dikit, kenapa harus dibikin bagus lagi? Nggak juga nggak akan dimarahi polisi apalagi Tuhan. Orang juga akan tua dan mati. Tuh kihat si Kris, jumat lalu sepatu barunya dicuri orang usai jumatan. Dia malah tertawa. Padahal dia lebih miskin dari orang termiskin di Abu Dhabi!"

Gara - gara nungguin logging jadi ga enak tidur, akhirnya baca ulang buku ini. Terinspirasi tulisan yang sama. Hidup ga usah dibikin susah, jagalah hati  :)

Thursday, January 11, 2007

Tak Ternilai

Banyak sekali hal - hal yang ternyata tak bisa disebandingkan dengan materi atau dengan uang....hal - hal yang tak ternilai.

Seperti yang di samping ini, pagi hari di Situ Lembang, berkumpul bersama teman - teman terbaik, menghirup udara pagi yang segar, dinginnya pagi yang menenangkan, memandang langit yang biru dan angsa - angsa berenang di danau. Di tambah dengan segelas teh manis hangat dan indomie rebus.


Beberapa jam saja disana sungguh sepadan dengan kejamnya ibukota yang konon lebih kejam daripada ibu tiri. Sangat cukup dan tidak ternilai harganya. Apalagi dilanjutkan dengan berjalan ke arah tower Gunung Tangkuban Prahu via Cicaruk. Berdiri di tepi kawah, berjalan melintas dan diakhiri dengan sesi minum susu sapi di SUMUR dan makan sore di ayam BREBES, tahu goreng hangat :)

Kemudian kembali ke rumah, tempat saya dibesarkan. Bertemu dua orang yang membuat saya ada di dunia. Walau cuma sekedar duduk di depan tv, nonton bersama, memasak di dapur, hingga berbelanja ke pasar.

Bertemu teman - teman, ngobrol ngalor ngidul mulai gosip artis terbaru, fakta tentang teman - teman, rencana jalan - jalan. Bertemu orang - orang di luar keseharian dan rutinitas selalu membuat hidup lebih hidup. Finally dan pastinya adalah saat - saat saya bisa bersama bapak fotografer :)

Dan pastinya, saya perlu itu semua dalam frekuensi yang lebih banyak dari sekarang. Saya tidak bisa memungkiri perjalanan ke bandara Sepinggan adalah saat paling menyenangkan dalam hidup. Saat menunggu pesawat yang delay adalah saat paling menjemukan. Bahkan terkadang 2 jam duduk di pesawat menuju Jakarta terasa sangat panjang.

Untuk itu semua saya harus kembali.

Saturday, January 6, 2007

The Day Has Come

Sebetulnya saya adalah tipikal orang yang susah mengambil keputusan, terkadang plin plan dan banyaknya jadi tidak fokus hingga terkadang menyesali keputusan yang sudah diambil. Kebiasaan sangat jelek yang sedang berusaha untuk saya ubah.

Nanti sore saya akan membuat keputusan besar dalam perjalanan hidup ini he he he. Bismillah, semoga ini keputusan yang terbaik. Mengingat begitu banyaknya dukungan dari keluarga, orang paling dekat dan teman - teman semua.

Tolong doakan saya :)

Outside a world full of answers, some of them I would really like to know, I wanna stay but the sign says go, I know the day has come, I know the day has come, I know, I know, I know (from The Day Has Come - Cheyenne Kimball)