Pages

Friday, January 13, 2006

Mengapa


Karena Gunung itu ada di sana ! Itulah jawaban George F Mallory - seorang pendaki gunung berkebangsaan Inggris, ketika ia ditanya "Mengapa Mendaki Gunung?"

Mallory yang juga seorang ahli pemetaan geologi tewas dalam usahanya mendaki puncak tertinggi di dunia - Everest, sekitar 85 tahun yang lalu. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti, apakah Mallory berhasil mencapai puncak atau tidak. Apakah seharusnya ia yang menjadi pendaki pertama di puncak Everest atau Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay yang kembali dengan selamat dengan bukti foto puncak, 40 tahun kemudian.

Norman Edwin - anggota Mapala UI yang tewas di Aconcagua 13 tahun yang lalu, menulis sebuah buku yang berjudul "Mengapa Mendaki Gunung?" Buku ini merupakan sebuah resume yang cukup baik mengenai teknik pendakian gunung dan hidup di alam bebas. 10 tahun yang lalu, ketika saya pertama kali kecemplung di dunia pergunungan ini, saya membaca buku tersebut, terkagum - kagum dengan pola pikir Bang Norman, dan sampai sekarang, beliau masih menjadi seorang idola bagi saya.

Mengapa ? Kata tanya yang satu ini kerap kali kita gunakan dalam banyak hal. Bagi saya ini adalah hal yang wajar. Saya ingin melakukan segala sesuatu dengan alasan yang jelas, dengan motivasi yang baik. Segala sesuatu harus jelas, karena Tuhan tidak pernah bermain dadu, segala sesuatu pasti ada alasan dan pemicunya. Tidak terjadi begitu saja.

Seperti kemarin, ketika saya kembali berjalan menyusuri jalan berbatu dari Pintu Angin menuju Situ Lembang, di antara hujan dan hembusan angin malam pegunungan. Kembali memasak di dinginnya malam, dibawah gelapnya langit malam dan kembali tidur beralaskan tanah. Berkumpul kembali bersama sahabat - sahabat terbaik, yang bersama mereka saya selalu merasa menjadi ada. Saya kembali lahir.

Situ Lembang yang cantik, kutinggalkan padamu semua kepedihan masa lalu, semua tanda tanya dan ketidakpastian. Kubawa pulang kedamaian dan keceriaan. Suatu saat saya akan kembali, memberimu kabar baik buah dari keteguhan hati.

ps : buat yang kemarin nemenin ke Situ Lembang, love you all :)

Saturday, January 7, 2006

Asal Usul dan Pra Sejarah Ki Sunda


Menjelang Perang Dunia kedua banyak sekali terdapat situs artefak (kebanyakan serpihan obsidian) yang ditemukan di bukit-bukit yang mengelilingi cekungan Bandung. Situs dan artefak-artefak ini telah dibahas oleh Koenigswald (1935) dan Rothpletz (1951. Artefaks ini hanya diketemukan pada puncak-puncak bukit dengan ketinggian lebih dari 725 m di atas muka laut, dan fakta ini dianggap sebagai bukti untuk adanya suatu danau purba (Danau Bandung), yang juga disebut-sebut dalam dongeng rakyat Sunda “Sasakala Sangkuriang”.

Artefak yang ditemukan sebelah timurlaut Bandung terdiri dari serpihan batu obsidian, sering dalam bentuk ujung anakpanah, pisau, peraut dan jarum penindis; alat batu terpoles seperti penumbuk, kapak batu bermuka dua terbuat dari batu kalsedon, gelang-tangan dari batu serta serpihannya, juga serpihan tembikar dan juga bentuk-bentuk pengecoran perunggu atau besi. Lebih lanjut situs-situs ini mengungkapkan keberadaan keramik import Hindu/Cina berasal dari abad ke 18. Situs-situs ini diyakini telah dihuni terus-menerus sejak zaman Neolitikum, melalui zaman perunggu Dong son hingga kurang dari 300 tahun yang lalu. Leluhur ki Sunda di daerah Bandung telah bekerja dalam industri logam dan perdagangan peralatan (batu).

Penelitian geologi oleh Van Bemmelen (1934) mengkofirmasikan keberadaan danau purba ini yang terbentuk karena pembendungan sungai Citarum Purba oleh pengaliran debu gunung-api masal dari letusan dasyat G. Tangkuban Parahu yang didahului oleh runtuhnya G. Sunda Purba di sebelah baratlaut Bandung dan pembentukan kaldera dimana di dalamnya G. Tangkuban Parahu tumbuh. Jenis erupsi Plinian ini telah menutupi pemukiman di sebelah utara-baratlaut Bandung, mengingat tidak ada artefak yang ditemukan disini. Pemikirannya adalah leluhur Ki Sunda seharusnya telah menyaksikan kejadian besar ini, maka legenda Sasakala Sangkuriang lahir. Karena belum adanya metoda modern pentarikhan radiometrik maka kejadian ini hanya diperkirakan telah terjadi sekitar 6000 tahun SM dengan mendasarkan pada artefak zaman Neolitikum.

Penelitian geologi baru-baru ini menunjukkan bahwa endapan danau tertua yang telah ditentukan usianya berdasarkan radiometri adalah setua 125 ribu tahun, sedangkan kedua erupsi Plinian yang terjadi itu telah ditentukan umurnya masing-masing 105 dan 55-50 ribu tahun yang lalu. Asal-usul danau Bandung ternyata bukan disebabkan oleh letusan Plinian, walaupun aliran debu yang pertama dapat saja memantapkan danau purba itu secara pasti. Danau purba ini berakhir pada sekitar 16 ribu tahun yang lalu.

Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa kecil kemungkinannya bahwa para pemukim awal ini telah menyaksikan pembendungan danau maupun lahirnya G. Tangkuban Parahu, mengingat munculnya manusia modern (Homo sapiens) di Afrika Selatan diperkirakan 120 sampai 100 ribu tahun yang lalu. Lebih masuk akal kalau Ki Sunda Purba ini telah menyaksikan letusan Plinian kedua yang telah melanda pemukiman sebelah barat sungai Cikapundung, (sebelah utara dan baratlaut dari Bandung) sewaktu perioda letusan 55-50 ribu tahun yang lalu, mengingat bahwa Homo sapiens tertua yang ditemukan di Australia selatan adalah 62 ribu tahun yang lalu, dan di pulau Jawa sendiri manusia Wajak telah ditentukan berumur sekitar 50 ribu tahun yang lalu. Spekulasi yang lain adalah bahwa Homo erectus-lah yang telah menyaksikan pembendungan Danau Bandung dan lahirnya G. Tangkuban Parahu, mengingat kehadiran makhluk ini terkenal di Jawa setua 1.7 juta tahun, dan telah mengalami budaya obsidian (obsidian culture).

Namun demikian kunci dalam menyelesaikan ini adalah dengan melakukan penelitian terhadap situs-situs artefak dari Bandung yang kaya ini dengan menggunakan teknik pentarikhan modern.

Ditulis oleh : Prof.Dr.R.P.Koesoemadinata, Mantan Guru Besar Geologi, FIKTM, ITB

Teman - teman, Pak Koesoemadinata adalah salah satu dosen favorit ketika saya kuliah dulu. Banyak sekali tulisan beliau yang hingga kini menjadi sumber referensi bagi penelitian geologi dan eksplorasi minyak bumi di Indonesia. Dalam rangka meningkatkan pemahaman dalam ilmu geologi khususnya Geologi Bandung, maka weekend ini saya akan melakukan eksursi geologi kecil-kecilan di daerah Situ Lembang, Gunung Tangkuban Perahu dan sekitarnya. Diharapkan perjalanan ini dapat membawa sedikit pencerahan mengenai sejarah geologi Bandung.

Bon weekend. Besok saya mau mudik :)

Thursday, January 5, 2006

Segala Sesuatu Ada Masanya


Pagi hari di awal tahun ini seorang sahabat mengirimkan sebuah pesan pendek yang sepanjang hari saya ingat terus :

Ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam
Ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun
Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa
Ada waktu untuk berpisah, ada waktu untuk bertemu
Ada waktu untuk mengakhiri, ada waktu untuk memulai
Segala sesuatu ada masanya, sesaat adalah abadi
Happy New Year 2006


Wednesday, January 4, 2006

Arlene Blum Replied my Email


Sekarang saya lagi baca buku yang berjudul Annapurna, Kisah Dramatis Ekspedisi Wanita ke Himalaya. Walaupun baru baca 1/4 bagian, tapi saya bisa angkat 4 jempol (plus jempol kaki) untuk buku ini. So inspiring.

Buku ini ditulis oleh Arlene Blum, pemimpin ekspedisi tersebut. Saking terinspirasinya, saya tadi coba mengirim email ke beliau, mengatakan kalau saya sangat terinspirasi oleh buku ini and etc. Dan ternyata....dalam hitungan menit email itu dibalas. Hu hu senang banget. Arlene Blum replied my email :)

InsyaAllah nanti kalau sudah selesai baca, saya akan coba buat resensi dari buku ini.

Tuesday, January 3, 2006

Dua Ribu Enam


Seorang gadis kecil asik bermain boneka di ruang tengah sebuah rumah. Rambutnya dikepang dua, sang Ibu yang membuatnya. Dua orang kakak laki-lakinya sedang asik merakit sebuah petasan mercon di sebuah selongsong peluru milik ayahnya. Sementara kakak perempuannya asik di dapur, memasak nasi goreng untuk saudara-saudaranya. Ayah dan Ibu pergi ke sebuah undangan. Tiba - tiba....duarrrrr, terdengar suara ledakan yang keras. Si gadis kecil tertawa-tawa, begitu pula dua kakak laki-laki. Sementara kakak perempuan ketakutan. Ternyata petasan itu meledak sebelum waktunya. Seisi rumah berantakan. Ayah dan Ibu belum pulang (tahun baru di rumah, 20 tahun yang lalu).

BONNE ANNEE - HAPPY NEW YEAR - SELAMAT TAHUN BARU 2006
Semoga semangat untuk berbuat baik menyertai kita semua di tahun baru