Pages

Saturday, December 22, 2012

Habibie dan Ainun

Hat trick juga akhirnya, 3 weekend pergi ke mall dan nonton film. Sampai - sampai Cici bingung : kenapa kita ke mall lagi :)

Kali ini karena Habibie dan Ainun. Sejak melihat trailer film ini 2 minggu yang lalu kami ingin menontonnya. Sayapun teringat dari dulu ingin membaca buku ini tapi kok ya kelupaan beli terus. Terlupakan sampai 2 minggu yang lalu. Akhirnya pesan di Inibuku dan langsung tamat dalam beberapa hari saja.


Kesan saya : thousands thumbs up. Selama ini saya hanya mengetahui Bapak Habibie sebagai orang Indonesia paling cerdas, ahli pesawat terbang, mantan wakil presiden, hingga mantan presiden. Itu saja. Saya tahu beliau pendiri ICMI, saya tahu beliau mempunyai rumah di dekat Ledeng, dan saya tahu sekarang beliau lebih banyak tinggal di Jerman. Tetapi hanya sebatas itu. Dan setelah membaca buku ini saya agak menyesal, kenapa saya baru tahu sekarang.

Buku ini membuka mata saya. Ternyata beliau adalah sosok ilmuwan yang seimbang, cerdas otaknya, hatinya dan jiwanya. Ibu Ainun adalah seorang istri yang pantas dijadikan panutan, lagi - lagi seperti Bapak Habibie, cerdas otaknya, hatinya dan jiwanya.

Bila waktu bisa berulang maka saya akan berdoa Bapak Habibie menjadi presiden bangsa ini. Bangsa sakit ini memerlukan sosok mereka berdua - Bapak dan Ibu Habibie. Cerdas dan punya hati, di atas segalanya religius walau tidak berlabel ahli agama.

Kisah cinta mereka berdua lebih indah daripada kisah Romeo & Juliet sekalipun. Cinta yang sederhana tapi menguatkan. Sangat indah. Kisah pertemanan mereka, awal berpacaran, menikah hingga masa - masa awal berkeluarga di Jerman. Sungguh sebuah kisah yang patut dijadikan teladan. Seorang Bapak Habibie-pun pernah hidup susah, harus berjalan kaki di musim dingin untuk pulang ke rumah karena kehabisan uang. Bapak Habibie seorang pekerja keras, tidur beberapa jam saja, hidupnya adalah bekerja dan keluarga. 

Ibu Ainun seorang istri dan ibu yang hebat. Kisah hidupnya menginspirasi. Diuraikan bahwa beliau selalu berpuasa Senin - Kamis, membaca Al Quran setiap hari, menyiapkan makan dan obat untuk suaminya sampai kebiasaan beliau mencium pipi Pak Habibie dan meninggalkan noda lipstick :)

Tulisan di bab - bab akhir sukses menguras emosi saya. Bagaimanapun perpisahan itu sangat menyedihkan, dan Pak Habibie mencontohkan perilaku ikhlas yang sebenar - benarnya. Mencontohkan bagaimana sebaiknya seorang suami bersikap.

Terimakasih Bapak dan Ibu, terimakasih telah berbagi cerita, semoga kami bisa melakukan hal - hal baik yang kalian contohkan.

Filmnya sendiri cukup bagus. Reza Rahadian sukses memerankan tokoh Bapak Habibie. Terlepas dari tubuhnya yang memang tinggi, aktingya jempolan. Mimik muka, cara berjalan, cara berbicara..kita seolah - olah melihat Habibie di depan kita. BCL juga bermain dengan sangat baik. Overall semua keren.



Hanya ada satu hal mengganjal. Kalau tidak salah ada 2 adegan yang memperlihatkan mereka meminum dan bersulang dengan gelas seperti gelas wine. Saya tidak tahu apa isinya atau maksudnya. Mungkin saja bermaksud bersulang saja. Tetapi bisa mengakibatkan interpretasi yang salah karena penggunaan gelas tersebut. Hmmm mungkin gelasnya mendingan ngga pakai gelas itu ya.

Overall, film yang bagus, mendekati cerita di buku walau banyak detil yang hilang.. tapi wajar saja. Ketika kami menonton kemarin bioskopnya penuh, dan ketika lampu dinyalakan tampak sebagian besar penonton habis menangis.

Andai waktu bisa dimundurkan, akan kupilih Pak Habibie dan Ibu Ainun menjadi presiden bangsa ini.



No comments:

Post a Comment