Rob dan Jo Gambi memberikan jawaban yang terakhir. Dalam periode 3 tahun (2003-2005) mereka bersama – sama mendaki tujuh puncak tertinggi di tujuh benua (seven summit), melakukan perjalanan ski ke Kutub Utara dan Kutub Selatan, juga pendakian beberapa puncak lainnya. Mereka berdua adalah first married couple yang mendaki seven summit. Jo juga memegang rekor Guinness World sebagai pendaki wanita yang paling cepat menyelesaikan seven summit. Kisah mereka berdua ditulis oleh Jo dan kemudian diterbitkan setelah mereka kembali tinggal dan bekerja di London.
Mungkin banyak kisah pendakian – pendakian lainnya yang pernah ada. Tapi latar belakang Rob dan Jo sangat mengharukan bagi saya. Mereka berdua bertemu pertama kali di London pada 17 Juni 1995. Saat itu Rob dan Jo bersama – sama berlatih sailing di akhir pekan. Rob lahir di Australia, perpaduan antara Swiss dan Italia sedangkan Jo adalah keturunan British asli. Mereka berdua tinggal dan bekerja di London.
Pertemuan mereka yang kedua adalah ketika Jo dan sahabat wanitanya berlibur untuk mendaki ke Chamonix, Perancis. Rob menemui Jo disana dan akhirnya mereka melakukan pendakian dan liburan bersama. Bagi Rob ini adalah debut pertamanya. Jo adalah seorang pendaki gunung, ia terbiasa melakukan perjalanan untuk hiking dan climbing sedangkan Rob belum pernah mendaki sama sekali. Minggu pertama Rob di Chamonix adalah climbing private lesson, dengan satu tujuan agar bisa mendaki bersama Jo.
Mereka saling jatuh cinta dan kemudian menikah pada bulan September 1996. Saat itu Rob berusia 37 tahun dan Jo 26 tahun. Setelah menikah Jo berhenti dari pekerjaannya di Marks Spencer, mengambil kursus Physiotheraphy dan bekerja sebagai volunteer di Hammersmith Hospital. Rob meneruskan pekerjaannya sebagai seorang Manager Keuangan yang sibuk. Di bulan – bulan awal pernikahan mereka telah menyadari bahwa kesibukan bekerja membuat frekuensi kebersamaan mereka sangat sedikit. Tetapi mereka tetap berusaha meluangkan waktu bersama di saat liburan terutama dengan mendaki gunung, sailing, dan berbagai kegiatan outdoor lainnya.
Desember 2000, Rob divonis menderita kanker dan harus menjalani kemotherapi. Hal ini sangat mengagetkan bagi mereka berdua. Walaupun Rob saat itu bisa sembuh, namun tidak ada jaminan penyakit ini akan hilang selamanya. Bulan September 2001 dan kondisi Rob terus menurun. Saat itulah Rob dan Jo mulai banyak berpikir mengenai mimpi-mimpi, harapan dan keinginan – keinginan mereka.
”But more than anything, we simply wanted to have some quality time together. Long before Rob became sick we had started saving to take a break so we could go traveling, but our dreams had long since been filed away. Now we were daring to dream once more. We were still fascinated by the greater ranges and we realized our dreams would stay dreams if we didn’t take action to convert them into reality”
Akhirnya mereka kembali membicarakan rencana – rencana mereka mendaki ke Himalaya, mendaki puncak tertinggi : Everest dan juga puncak – puncak lainnya. Sebuah keputusan diambil, saat itu Rob dinyatakan sehat walaupun ada kemungkinan penyakit kanker-nya akan kambuh lagi. Rob dan Jo akan pergi mendaki puncak – puncak yang mereka inginkan. Mereka akan meninggalkan London untuk sementara yang berarti juga berhenti bekerja.
Maret 2002 dan Rob mengundurkan diri dari pekerjaan yang telah ditekuninya selama 20 tahun. Jobless, menjual rumah, berbekal uang tabungan dan mereka berdua mulai membicarakan rencana perjalanan impian mereka. Tujuan mereka sudah jelas, mendaki seven summit bersama, atau minimal 6 diantaranya ..bersama – sama. Latihan fisik yang ketat diikuti dengan sejumlah simulasi pendakian di Alps mereka lakukan. Dan merekapun siap melakukan petualangan mereka yang pertama.
Selanjutnya sangatlah menarik. Jo dengan sangat detil menceritakan kisah pendakian mereka di setiap gunung juga perjalanan mereka ke Kutub Utara dan Kutub Selatan. Mereka pernah gagal dalam percobaan mereka di Himalaya karena Rob mendadak sakit dan harus dievakuasi ke Thailand. Namun mereka kembali lagi dan berhasil. Pendakian yang mereka lakukan semua punya cerita yang menarik.
Kisah mereka bukanlah sekedar bagaimana mencapai puncak sebuah gunung, atau bahkan menaklukan sebuah gunung. Kisah Rob dan Jo adalah pelajaran mengenai kebersamaan dan cinta, juga kisah sebuah keberanian bertahan hidup walau kanker menyerang. Wajib dibaca :)
Holding On is not just an enthralling account of mountaineering and polar achievement; it is a powerful and emotional story of love and survival against the odds. The Gambis were seized by an almost superhuman will to show that cancer had no beaten them – Sunday Times. Extreme weather, grueling climbs and the risk of death were all part of the experience for couple Jo and Rob Gambi, who took on the world’s tallest mountain – and cancer – and won. – Sunday Magazine Australia
Category: Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author: Jo Gambi
No comments:
Post a Comment