Pages

Sunday, December 30, 2012

Kitchen Make Over, Welcoming 2013


Sebagai ibu bekerja, memasak untuk anak dan suami setiap hari itu sesuatu banget. Dari awal menikah saya bercita - cita untuk selalu memasak setiap hari. Alhamdulillah berhasil, walau pontang - panting. Tetapi memang menu yang saya masak biasa saja, kadang juga mungkin ga enak :)

Motivasi saya untuk memasak bertambah ketika Cici-putri saya bertambah besar. Di usia 3 tahun 6 bulan sekarang Cici sudah bisa menilai masakan Bunda-nya enak atau tidak. Alhamdulillah selama ini dibilang enak haha.

Nah mumpung di awal tahun, saya jadi terpikir untuk membongkar dapur saya, dirapihkan sedikit - sedikit, biar lebih sehat dan hemat. Terus terang 4.5 tahun menikah dan menu makanan di rumah saya sepertinya berantakan. Setiap bangun jam 4 pagi langsung bingung mau masak apa ya hari ini. Pergi ke pasar tanpa catatan. Not a good things to do.


Nah saya akan mulai dari mana ya ? Mungkin dengan menyusun list makanan favorit keluarga : saya, suami dan anak. Kemudian memilih makanan yang sehat, seimbang gizinya tentunya. Terakhir, hemat di kantong.


Oke, let's start :

Saya sebetulnya tidak punya list makanan favorit, tetapi kalau boleh memilih saya akan lebih banyak memakan ikan, sayuran, buah dan sekarang sedang berusaha menghindari gorengan. 

Suami sebetulnya tidak terlalu suka sayur, di awal menikah saya perhatikan makanannya selalu kering - keringan. Tidak sehat kan, untungnya sekarang mulai menyukai sayur dan buah..walau baru buah tertentu. Suami lebih menyukai masakan menggunakan kecap dan keringan.

Cici putri saya sebetulnya penyuka segala. Saat ini dia baru dalam tahapan mengenal berbagai jenis makanan. Belakangan saya mulai memperkenalkan cabai walau dalam jumlah sangat sedikit. Ajaibnya ternyata Cici suka, rendang dengan cabai sedikit. Untuk Cici mungkin tidak ada kriteria khusus, saya lebih memilih memperkenalkan banyak jenis makanan dengan tingkat kepedasan yang bisa diterima Cici.

Mulai jelas :) 

Kriteria saya berikutnya adalah bahan makanan yang digunakan dan bumbu yang digunakan. Sejak 3 tahunan terakhir kami alhamdulillah konsisten memasak tanpa bumbu penyedap, di dapur rumah saya hanya tersedia gula, garam, merica, ketumbar, pala, kemiri, cengkeh, asam jawa, asam kandis, gula merah, berbagai rempah segar dan lainnya. Saya masih menggunakan kecap ikan dan saus tiram tapi saya usahakan dalam jumlah sesedikit mungkin. 

Minyak goreng favorit saya Minyak Barco. Harganya memang relatif lebih mahal, 2 kali lipat dari merk lain. Tapi dijamin tidak menyesal. Barco adalah minyak kelapa, bukan kelapa sawit. Lebih sehat, tidak cepat hitam dan rasa masakan lebih nikmat. Secara teori seharusnya minyak hanya digunakan dalam 1 kali penggorengan, tetapi kadang saya suka bandel, mahal soalnya, sayang buang minyak. Perlahan ini harus diubah, solusinya sebenarnya gampang : mengurangi gorengan ! Oiya, saya juga sudah lama tidak menggunakan margarine, karena margarine kan asalnya kelapa sawit juga. Untuk mentega olesan roti biasanya saya gunakan butter. Untuk tumis menumis saya gunakan olive oil yang light.

Beras, kami pilih beras organik. Sebetulnya saya suka beras merah, tetapi sayang suami belum bisa kompromi. Akhirnya jalan tengahnya kami pilih beras putih yang organik. Untuk sayuran alhamdulillah di lingkungan tempat saya tinggal ada yang menjual sayuran organik dengan harga miring karena dipetik dari kebun sendiri. Pesan lewat bbm, dan setiap Selasa dan Jumat diantar ke rumah. Pilihan sayurannya juga cukup banyak.

Hore, nampaknya daftar belanja saya sudah mulai jelas. Sekarang kita susun daftar belanja dan budget-nya, penasaran juga sebenarnya berapa sih yang saya habiskan dalam sebulan untuk belanja keperluan dapur. Sepertinya saya akan pakai daftar ini sebagai patokan belanja. Maksudnya kalau minyak sudah habis sebelum waktunya saya tidak boleh beli minyak lagi, solusinya memasak tanpa minyak. Walau ada juga catatan belanja tanpa batas waktu, ini untuk barang tertentu yang tidak bisa dipastikan kapan habisnya, tapi jumlahnya juga tidak banyak kok.

Pemakaian dan belanja bahan makanan yang saya ingat kurang lebih seperti ini :
  • Beras 5kg per 2 minggu : 55.000
  • Minyak 2 L per 2 minggu : 40.000
  • Bawang merah 1/2 kg per minggu : 7000
  • Bawang putih 1/2 kg per 2 minggu : 14.000
  • Sunlight 800 ml per 2 minggu : 10.000
  • Terigu 1 kg per 2 minggu : 10.000
  • Sayuran per minggu : 100.000
  • Ayam kampung 1 ekor per minggu : 50.000
  • Daging 1/4 kg per minggu : 30.000
  • Buah - buahan per minggu : 50.000
  • Tempe tahu per minggu : 10.000
  • Ikan per minggu : 100.000
  • Bumbu lainnya per minggu : 20.000
  • Jajan pasar per minggu : 20.000
  • Indomie 10 buah per 2 minggu : 15.000
  • Telur 1/2 kg per minggu : 8000

Jadi dalam sebulan setidaknya saya perlu menyediakan budget sekitar : 1.878.000..widih besar juga ternyata. Selama ini karena tidak pernah dicatat jadi tidak ketahuan. Hari ini saya berbelanja kebutuhan dapur 1 minggu di pasar tradisional, harganya seharusnya sudah jauh lebih murah dari harga supermarket, tapi ternyata total belanjanya bikin saya shock juga, 380 rb :(
  • Minyak Barco 2L - 40.000
  • Sambal botol - 5000
  • Bawang putih 1/2 kg - 14.000
  • Terigu Cakra - 10.000
  • Terigu Kunci - 9000
  • Asam Jawa - 6000
  • Sunlight - 10.000
  • SOS untuk ngepel lantai - 9000
  • Susu kental manis - 8000
  • Plastik untuk es + untuk daging/ikan : 20.000
  • Tempe : 5000
  • Bawang goreng, tepung bumbu, terasi : 15.000
  • Tulang iga 1/2 kg : 20.000
  • Buah - buahan (Alpukat 3 buah, Jeruk Medan 1 kg, Pisang tanduk 4, Pepaya 1 : 10.000) : 38.000
  • Sayuran (pete 2, sereh, cabe merah, kemangi, belimbing wuluh, honje, tomat 1/2 kg, bawang merah 1/2 kg, seledri) : 40.000
  • Ikan (udang 1/2 kg, tenggiri 1/2 kg, kakap merah 1/2 kg) : 85.000
  • Kompas, Intisari, Nova : 39.000


Baiklah, selanjutnya kita susun menu seimbang. Saya targetkan dalam seminggu lauknya seperti ini : daging 1x, ayam 2 x, ikan 3x, telur 1x. Ditambah sayuran tentunya dan telur. Jadi berdasarkan hasil belanja pagi tadi dan stock makanan di kulkas seharusnya minggu ini kami bisa makan seperti ini :

Senin : Sop kakap merah dan jamur crispy
Selasa : Udang goreng tepung, tumis tempe  dan tumis buncis, pisang goreng
Rabu : Semur daging dan tumis sawi
Kamis : Ayam goreng dan sop sayuran
Jumat : Tumis kikil tahu dan terong cabai hijau
Sabtu : Pempek

Hiks nampak biasa saja ya, tapi sepertinya cukup baik untuk start minggu ini. Kita lihat berhasil atau tidak ya. Bismillah, welcome 2013, be nice :)

Tips and Trik Selama di Tanah Suci

Lagi - lagi ini kumpulan catatan saya hasil nenangga, saya catat saja disini. Live document yang akan saya update terus. Saya bedakan menjadi dua kategori, pertama yang berkaitan dengan ibadah, yang kedua yang sifatnya miscellaneous.

Bagian 1
  1. Melakukan tawaf sunnah setiap selesai shalat subuh 
  2. Melakukan sholat sunnah wudhu setiap habis berwudhu, meminta Allah SWT untuk menjaga wudhu kita 
  3. Tidak pulang ke hotel setelah shalat Ashar, menunggu Magrib dan Isya di mesjid sambil mengaji atau tawaf berkeliling Kabah ketika berada di Mekah 

Bagian 2
  1. Beli swarmah untuk sarapan 
  2. Bawa plastik untuk tempat sandal setiap berangkat ke mesjid
  3. Membawa kopi dan makanan kecil ke mesjid untuk obat lapar ngantuk
  4. Mengambil uang Riyal menggunakan ATM disana, harga tukarnya biasanya paling bagus

Mempersiapkan Diri Menuju Tanah Suci - 1

Kalau malam ini diminta packing untuk naik gunung 1 bulan sepertinya saya akan langsung bilang ok. Tapi kalau diminta packing untuk ke tanah suci sepertinya saya musti banyak belajar. Yuk intip - intip catatan tetangga.

Berangkat ke tanah suci untuk berhaji atau berumroh tentu harus memiliki persiapan : fisik dan mental, jasmani dan rohani. Sepertinya point pertama lebih mudah dibahas duluan :) InshaAllah menyusul untuk point kedua.

Malam ini saya sempatkan mampir ke beberapa blog teman yang sudah pernah melakukan perjalanan ke tanah suci. Ternyata alhamdulillah banyak hal yang bisa saya pelajari. Indahnya silaturahmi via blog. 

Saya tuliskan kembali disini, mudah - mudahan bermanfaat juga bagi yang membaca sekaligus catatan untuk saya. Tapi mohon maaf, kali ini mungkin spesifik untuk umroh dulu ya. 

H-6 Bulan atau lebih
Mendaftarkan diri untuk perjalanan umroh via biro perjalanan. Kenapa, salah satu alasan mendasarnya adalah agar mendapatkan harga terbaik. Kompensasinya tentu ada sejumlah dana yang harus disiapkan dan kemudian disetorkan. Pilih biro perjalanan yang terpercaya, memiliki ijin dan track record baik. 

Umroh backpacker ? mungkin saja. Tetapi saya pernah mencoba menghitung - hitung, selisihnya ternyata tidak jauh berbeda. Kekurangan mendasarnya adalah tidak adanya pembimbing selama perjalanan umroh tersebut. Bagi saya saat ini akan lebih baik bila ada Ustadz atau Ustadzah yang mendampingi.

Umroh sendiri wajibnya hanya 1 hari, bertempat di Masjidil Haram - Mekah. Nah kalau yang ini saya belum tahu jawabannya, kenapa mayoritas di Indonesia berumroh sampai 10 hari. Mungkin biar ga mubazir kali ya, biaya pesawatnya sudah mahal, jauh, sekalian saja tinggal lebih lama agar dapat beribadah lebih maksimal. Agreed.

Sehingga biasanya Umroh ala Indonesia itu dilakukan selama 10 hari : 1 hari perjalanan Jakarta - Jeddah, 3 hari di Mekah, 3 hari di Madinah, 1 hari perjalanan Jeddah - Jakarta dan sisanya perjalanan antar kota disana. Ada lagi trend masa kini adalah Umroh ++, biasanya ditambah dengan trip ke Egypt, Turkey dan lainnya.

Biaya Umroh sangat beragam, bergantung kepada fasilitas yang didapat, hotel yang digunakan - apakah dekat dengan Masjidil Haram + Mesjid Nabawi atau tidak, sharing kamar dengan berapa orang, maskapai penerbangan yang digunakan, makanan selama di tanah suci, waktu keberangkatan, hingga siapa pendampingnya. Umroh bareng artis biasanya juga lebih mahal :) . Harganya berkisar antara 13 - 25 jutaan. Mau umroh paling murah ? Berangkatlah di awal tahun, ketika Masjidil Haram mulai dibuka kembali setelah musim haji. Punya uang berlebih ? berangkatlah di Bulan Ramadhan, pahalanya berlipat ganda, tetapi sayangnya biayanya juga berlipat.

Nah karena saya belum pernah ke berumroh, jadinya kali ini saya belum bisa memberikan tips memilih travel umroh yang baik. Tapi menurut saya sebaiknya kita pilih travel umroh yang menggunakan airlines yang direct ke Jeddah (transit itu bikin malas), hotelnya ga musti mewah tapi dekat dengan Masjidil Haram + Mesjid Nabawi (walking distance), menyediakan makanan Indonesia haha, menyediakan pendamping umroh wanita (biar lebih nyaman tanya - tanya), rutenya dari Jeddah ke Mekah dulu baru Madinah (agar yang wajib dilakukan ketika semangat masih menyala dan badan belum lelah) dan menyediakan waktu untuk umroh 2x. Mungkin seperti itu.

Ada yang bilang Umroh adalah bentuk luas dari sedekah, dan Allah SWT tidak akan mengurangi harta hamba-Nya yang bersedekah, justru akan menggantinya berkali lipat.

Mengenai keutamaan berhaji dan berumroh, ada sebuah hadits yang sangat menarik. 
"Semoga Allah menerima hajimu, mengampuni dosamu dan mengganti ongkosmu (biaya-biayamu)." (HR. Ad-Dainuri)

H-3 Bulan
Selesaikan semua keperluan administrasi. Setiap biro perjalanan umroh mungkin berbeda, tapi pada dasarnya sebagai berikut :
  1. Pas foto background putih, fokus wajah 80% ukuran 3x4 = 4 lembar dan 4 x 6 = 4 lembar
  2. Paspor asli dengan nama 3 suku kata. Jangan lupa periksa masa  berlaku paspornya. Belum punya paspor ? Buat sendiri ga susah lho, 250 rb saja tanpa calo, selesai dalam 14 hari kerja.
  3. Buku Kuning atau buku suntik vaksin meningitis. 
  4. Surat mahrom bagi wanita dibawah 45 tahun yang berangkat sendiri, biasanya dibuatkan oleh biro perjalanan dengan biaya tambahan.
Mengenai vaksin meningitis, saya temukan uraian yang sangat lengkap di blog-nya Mama Rafa (terimakasih banyak Mama Rafa). Versi lengkapnya bisa dilihat di sini

Singkatnya sebagai berikut :
  • Vaksin meningitis adalah vaksin wajib yang harus dilakukan calon jemaah umroh/haji untuk melindungi resiko tertular Meningitis Meningokokus, suatu infeksi yang terjadi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang dan keracunan darah. Penyakit ini bisa menyebabkan kerusakan otak, hilangnya pendengaran hingga kematian.
  • Bakteri ini tidak ada di Indonesia, tetapi orang yang akan bepergian ke daerah endemi seperti Arab Saudi, Afrika, Amerika Utara, Amerika Latin dan Selandia Baru disarankan melakukan vaksin sebelum keberangkatan.
  • Pemerintah Arab Saudi mewajibkan setiap calon jemaah Haji/Umroh untuk melakukan vaksin sebagai syarat mendapatkan visa.
  • Vaksinasi sebaiknya dilakukan minimal 10 hari sebelum keberangkatan.
  • Buku Kuning atau Yellow Book (International Certificate of Vaccination or Prophylaxis) hanya diterbitkan oleh RS atau Balai Kesehatan yang berwenang. Biasanya terletak di sekitar bandara atau pelabuhan.
  • Beberapa tempat di Jakarta adalah : KKP Bandara Halim Perdanakusuma (021-8000166 atau 021-8098665), KKP Bandara Soekarno Hatta (021-5502277 atau 021-5506068), RS Fatmawati Sentra Haji dan Umrah Lt. Dasar (021-7501524 est 1639), Tanjung Priok (021-43931045 atau 021-4373266)
  • Selain kolektif melalui biro perjalanan, tempat paling ngga ngantri untuk vaksin adalah di Balai Kesehatan Tanjung Priok. Tempatnya di depan kantor Bea Cukai. Buka hari Senin s/d Jumat jam 8.00 - 15.00. Web : http://kkptanjungpriok.blogspot.com
  • Khusus bagi wanita, sebelum melakukan vaksin akan diminta cek urine untuk memastikan tidak dalam kondisi hamil.
  • Saat ini alhamdulillah sudah tersedia vaksin halal.
  • Biaya suntik bervariasi tergantung lokasi suntik, antara 110 - 175 rb. Bila dilakukan secara kolektif oleh biro perjalanan biasanya akan lebih mahal.
Ibadah Umroh ataupun Haji adalah ibadah fisik, oleh karena itu menjaga kesehatan adalah point selanjutnya yang harus dilakukan. Setiap orang mungkin berbeda, tapi mungkin bisa dimulai dengan memperbanyak berjalan kaki, untuk meningkatkan stamina. Anggap saja persiapan naik gunung 10 hari di Arab.

Perlengkapan Umroh, nah ini Ibu - ibu pasti suka, kesempatan shopping :). Menurut pengalaman Mba Nining (matur nuwun Mba Nining), sebaiknya untuk perjalanan 10 hari dibawa :
  1. Koper besar
  2. Backpack atau handbag, sepertinya lebih ok backpack
  3. Tas kecil selempangan berisi pasport, tawaf counter, Al-Quran kecil, HP, kamera dan sarung tangan untuk sholat di pesawat
Isi Koper Besar (saya modifikasi dikit sesuai selera hehe, ada yang ditambah dan ada yang dikurangi)
  1. Gamis buat ke mesjid dan buat baju ihram (baju ihram tidak harus putih)
  2. Celana panjang kaos buat daleman gamis (legging juga bisa)
  3. Baju Tidur
  4. Jilbab dan dalamannya beserta peniti dan kawan - kawannya
  5. Mukena
  6. Sajadah tipis buat jaga - jaga kalau sholat di luar mesjid
  7. Alas kaki buat ke mesjid (Mba Nining pakai crocs, hore ada alasan beli sendal baru)
  8. Baju hangat sesuai keperluan (cek cuaca dulu)
  9. Kaos kaki
  10. Detergent sachet untuk mencuci baju di hotel
  11. Gunting kuku dan gunting rambut
  12. Makanan ringan atau cemilan sesuai selera
  13. Minuman sachet sesuai selera. Kata Mba Nining pocari sweat bubuk dicampur air zamzam diminum setelah tawaf itu sangat segar
  14. Botol minum, untuk bekal air di jalan dan membawa bekal air zamzam dari mesjid untuk di hotel
  15. Tas kain kecil untuk ke mesjid
  16. Charger kamera dan kabel extension
Isi backpack (ini juga dimodifikasi sesuai selera)
  1. Obat - obatan pribadi termasuk vitamin
  2. Satu stel baju ganti lengkap, antisipasi bila pesawat delay
  3. Handuk kecil
  4. Perlengkapan mandi dan make up
  5. Makanan ringan
  6. Charger HP
  7. Mukena
  8. Tissue basah dan Tissue kering
  9. Buku bacaan
Lengkap kan, untuk jumlah baju yang dibawa mungkin bisa disesuaikan dengan kebiasaan dan keperluan masing - masing.

Nah ada info lagi dari teman saya Putie yang baru saja pulang Haji, di sini Putie membagi tipsnya mengenai pernak - pernik yang sebaiknya dibawa (makasih ya Put)  :
  1. Sepatu tawaf, karena wanita harus memakai kaos kaki, sedangkan laki - laki harus telanjang kaki. Putie menyarankan memakai sepatu seperti gambar di bawah ini yang ada totol - totol anti slip, membantu wanita bertawaf agar tidak licin
  2. Tawaf counter, membantu kita agar tidak lupa hitungan putaran tawaf ke berapa yang sudah dilakukan. Bentuknya seperti tasbih tetapi hanya ada 7 butiran kecil
  3. Hook up, benda kecil ini membantu untuk menggantung tas selama kita berada di kamar mandi umum. Katanya sih disana tidak ada cantolan tas sama sekali di WC umum dan bagian atas daun pintunya sekepala rata - rata orang Indonesia. Si gantungan ini bisa dicantolin disitu
  4. Glysolid, konon ini cream yang paling oke untuk menjaga kelembaban dan kehalusan kulit selama disana. Udara disana panas dan kering, tidak cukup bila menggunakan cream buatan Indonesia
  5. Kantong Batu dan senter, kantongnya untuk menyimpan batu yang akan digunakan lempar jumrah, senternya untuk mencari batu
  6. Imboost force tablet, vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh
  7. Kaos kaki wudhu, katanya mencopot kaos kaki sebelum wudhu akan sangat ribet, kini praktis lho, ada kaos kaki yang ujung depannya (dekat jari) bisa dibuka dan digulung hingga betis
  8. Masker katun, digunakan untuk mencegah alergi yang berhubungan dengan pernafasan atau sinus, udara kering bisa membuat ingus semakin kental. Gunakan masker berbahan dasar katun yang sudah dibasahi
  9. Primolut, obat untuk mencegah menstruasi. Dikonsumsi dua minggu sebelum perkiraan haid di tanah suci. Menurut dokter diminum sehari dua kali dan harus selang 12 jam. Jadi kalau pagi minum jam 8, malamnya harus jam 8 juga. Menurut Putie paling cocok jam 9, iya juga, setuju :)
Menarik ya, terimakasih banyak Mama Rafa, Mba Nining dan Putie yang sudah bersedia sharing di blognya. Nanti saya update lagi bila menemukan info menarik lainnya.

Saturday, December 29, 2012

Mengapa Mendaki Gunung

Ga biasanya saya nyinyir seperti sekarang, atau malah sering ya :) Yang jelas status Facebook seorang teman saya (yang ternyata saya tidak kenal dan tidak pernah berinteraksi langsung) membuat saya berpikir. Sebenarnya pertanyaan itu bukan buat saya, ga tau buat siapa, tapi yang jelas membuat pertanyaan tambahan muncul untuk diri saya sendiri dan suami.

Sederhana saja pertanyaan turunannya :  Kenapa kami mengajak anak kami - Cici mendaki gunung ?
Pertanyaan lanjutan bermunculan :
  1. Apakah Cici mengerti ?
  2. Apakah saya dan suami sebagai orang tua tidak kasihan ?
Mari kita jawab satu - persatu. Bukan menjawab status tersebut, tetapi sekedar proses berpikir dari saya dan suami sebagai orang tua yang telah beberapa kali mengajak anak kami mendaki gunung. Apa sebenarnya tujuan kami ?

Cici adalah putri kami yang lahir pada tanggal 2 Juli 2009. Kami berdua kebetulan memiliki banyak kesamaan hobby dan salah satunya adalah mendaki gunung. Sejak Cici masih dalam kandungan kami berdua memiliki cita - cita ingin mengenalkan hobby kami kepada Cici. Kami yakin banyak pengalaman berharga yang bisa Cici dapatkan dengan mendaki gunung, seperti apa yang kami alami selama ini. Pengalaman yang tidak akan bisa didapat di bangku sekolah.

Pengalaman pertama Cici dengan kegiatan di luar ruang adalah berkemah di Situ Gunung, Sukabumi ketika Cici berusia 5 bulan. Hanya kami bertiga, menginap 1 malam di tenda, di tepi danau. Cici belum bisa berbicara, masih minum ASI saja, belum bisa merangkak apalagi berjalan. Tetapi kami tahu Cici bahagia. Tidurnya di dalam tenda sangat nyenyak. Ketika kami berdua mendirikan tenda ia duduk manis sambil tertawa di kursinya. Pagi harinya Cici berkenalan dengan orang - orang baru, Ibu pemilik warung di tepi Situ Gunung, hingga bapak - bapak yang hendak memancing. Cici yang extrovert.

Situ Gunung - December 2009
Pengalaman kedua Cici adalah berkemah di Badak Air, Ciawi. Dalam 2 minggu berturut - turut kami berkemah disana, pertama dengan tetangga rumah dan yang kedua dengan teman - teman kantor saya. Saat itu Cici berusia 9 bulan, sudah bisa bermain, merangkak dan aktif sekali. Cici tampak senang, ternyata Cici mudah akrab dengan orang lain. Para Om, Tante dan Kakak - kakak senang bermain dengan Cici. Saat itu pertama kalinya Cici mandi di sungai bersama kakak - kakak.

Badak Air - April 2010
Di ulang tahun pertama Cici kami melakukan perjalanan panjang dengan mobil : Bandung - Pantai Cikembang, Pelabuhan Ratu - Sawarna - Kasepuhan Ciptagelar - Halimun. 1 minggu perjalanan, tidur di tenda atau menumpang menginap di rumah penduduk. Mandi di laut, di sumur dan berjalan di hutan. O iya, ini perjalanan panjang Cici yang kedua, saat Cici 6 bulan kami pernah bepergian ke luar negri dengan perjalanan 2 hari di atas pesawat. Alhamdulillah Cici baik - baik saja, dan selalu ada kemudahan bersama kami.

Kasepuhan Ciptagelar - Pantai Cikembang, Juli 2010
Ketika Cici berusia 1 tahun 10 bulan kami berkunjung ke Baduy. Saya, suami, Cici, Cep Dahlan-teman kami dan Pak Mamad-seorang guide lokal. Dua hari kami di Baduy, berkunjung ke Baduy Dalam dan menginap di Kampung Gajeboh. Cici kami gendong bergantian dengan menggunakan baby carrier merk Kelty yang kami beli ketika Cici masih berusia 10 bulan di dalam kandungan. Lagi - lagi kami kagum dengan kemampuan Cici beradaptasi, mudah mendapat teman dan ramah kepada siapa saja. Pagi itu ketika bangun tidur saya kebingungan mencari Cici, ternyata Cici sudah duduk manis di depan hawu di rumah Ibu Kisanah. Saat itu Cici sudah bisa berkomunikasi walaupun belum bisa berbicara.

Baduy - Mei 2011
Pengalaman mendaki gunung yang sebenarnya adalah ketika Cici berusia 1 tahun 11 bulan, Juni 2011. Saat itu saya dan teman - teman serta adik di KMPA Ganesha ingin mendaki Gunung Gede dalam rangka reuni. Khusus wanita. Rencana awal Cici tidak ikut, tetapi mendadak suami saya harus bekerja ke luar kota sehingga saya harus membawa Cici, tidak ada pilihan lain. 4 ibu muda, 5 anak gadis, 2 porter dan tentu saja my toddler Cici. Saya dan Deni-porter kami bergantian menggendong Cici dengan Kelty. Malam itu saya, Cici dan H tidur dalam 1 tenda di Suryakencana yang sangat dingin. Cici menggunakan jaket berlapis, kupluk, sleeping bag. Kami memastikan Cici hangat dan bisa tidur nyaman. Alhamdulillah perjalanan ini lancar. Cici berkenalan dengan banyak tante baru, sampai - sampai punya Papa baru cabang Gunung Gede. Deni sang porter dipanggil Cici dengan sebutan Papa :). Saat itu Cici masih belum banyak bicara, tapi sudah pandai berkomunikasi dan selalu aktif ceria. Ada kejadian menarik ketika kami sudah turun gunung dan beristirahat di Posko Montana. Sudah jam 9 malam dan kami ingin bergegas kembali ke penginapan kami di dekat Pasar Cipanas. Saat itu Cici sedang asik bermain dan ternyata menolak pulang sampai menangis terus - menerus. Tidak ada seorangpun yang bisa membujuk. Hingga kakak-nya Deni mengajak Cici untuk tidur di kamar, ajaibnya Cici mau dan langsung diam. Akhirnya setelah Cici tertidur kami bisa menggendongnya pulang ke Cipanas.

Gunung Gede, Juni 2011
1 bulan kemudian Cici tepat berusia 2 tahun, Juli 2011. Kami mendaki Gunung Rinjani sebagai perjalanan ulang tahun untuk Cici. Saya, suami, Cici dan 8 teman lainnya dari Jakarta - 6 diantara mereka pertama kali mendaki gunung. Kami ditemani Locker dan 2 teman lainnya dari Selong, plus 5 porter lokal. Saat itu Cici digendong oleh saya, dengan baby carrier baru merek Boba. Beratnya saat itu 13kg. Kami naik dari Sembalun, dan mencoba naik ke puncak di hari ke-3. Sayangnya saat itu kami kesiangan, jam 8.30 pagi dan kami  baru tiba di ketinggian 3500 an mdpl. Suami saya memutuskan untuk turun ke Plawangan bersama Cici. Akhirnya saat itu hanya saya, Cep Dahlan, Nancy dan Wahyu yang tiba di puncak, ditemani oleh Locker yang setia memberi semangat. Saat itu Cici juga belum banyak bicara, tapi kami tahu Cici senang disana. Seperti biasa Cici aktif bermain dengan om dan tante baru. Kedinginan ? ada solusinya tentu. Pakaian hangat berlapis, sarung tangan, kupluk dan menjaganya tidak kebasahan. Malam - malam kami sekeluarga tidur nyenyak di dalam tenda yang hangat.

Gunung Rinjani, Juli 2011
8 bulan kemudian kami berkesempatan melakukan road trip di US. 10 hari perjalanan mengunjungi beberapa National Park : Grand Canyon di Arizona, Arches di Utah dan Rocky Mountain di Colorado. Perjalanan yang melelahkan bagi kami, setiap malam berpindah tempat tidur atau bahkan tidur di mobil atau di rest area. Hotel yang kami pilih tentu bukan hotel mewah, cukuplah budget hotel dengan fasilitas seadanya.  Bulan Maret 2012 itu masih dingin, peralihan dari winter ke spring. Cici sudah banyak berbicara, berjalan sendiri dan sudah bisa ngobrol dengan kami. Beberapa tempat masih bersalju dan Cici senang sekali bermain di salju. Cici tumbuh menjadi anak yang penuh rasa ingin tahu dan tidak pernah lelah. Sepanjang hari Cici aktif mengikuti kami dan tertidur pulas di malam hari. Mulai banyak bertanya dan selalu ingin mencoba.

Archers National Park - Utah, March 2012
Juli 2012, gunung yang ketiga untuk Cici. Atap Sumatera kali ini, Gunung Kerinci. Saya, suami, Cici dan 7 teman dari Jakarta. 6 diantaranya adalah teman yang ikut di pendakian Rinjani 2011. Kali ini kami naik gunung bersama Johan, Heru, Sutriandi Katoh alias Om Atlet, Levi dan beberapa teman lagi dari Basecamp Kerinci di Kayu Aro. Saya menggendong Cici dengan baby carrier Boba yang sama,berat Cici kurang lebih 14.5 kg. Kali ini Cici sudah aktif berbicara dan mulai mencoba berjalan. Atas kemauannya sendiri Cici berjalan kaki dari Pos 3 ke Shelter 1. Anak Bunda memang sudah besar. Dalam perjalanan dari Shelter 1 ke Shelter 3 kami mengalami cuaca buruk, hujan tidak berhenti, dan badai di Shelter 2. Saat itu saya, suami dan Cici berada di paling belakang. Teman - teman lainnya sudah jauh di depan. Cici memakai raincoat-nya dan kami lapis dengan raincoat saya. Sepanjang perjalanan dari Shelter 1 Cici tertidur, sedangkan saya dan suami bersusah payah berjalan menuju Shelter 3 yang jalurnya "asik". Jam 8 malam kami baru tiba di Shelter 3. Cici segera masuk tenda dan digantikan bajunya oleh Nancy. Saya masih basah kuyub, berganti baju di tenda sebelah. Malam itu kami sekeluarga bisa beristirahat walaupun tenda kami berantakan, hujan tidak berhenti dan kelaparan. Cici tertidur nyenyak tanpa selimut dan sleeping bag, padahal saya dan suami sudah menggigil kedinginan. Kali ini Cici mencapai puncak 3805. Kendala utama kali ini adalah belerang dari kawah. Menyesakkan dan membuat mata pedih. Alhamdulillah dengan bantuan dan semangat dari teman - teman kali ini hanya 2 orang yang tertinggal di bawah. Lainnya tiba di puncak bersama Cici. Apakah Cici sudah mengerti ? sepertinya iya. Ketika pulang Cici bisa bercerita bahwa Cici habis naik gunung Kerinci, Cici senang. Sejak saat itu bila melihat foto atau gambar gunung maka Cici akan bercerita : Cici juga pernah naik gunung, Gunung Kerinci.

Gunung Kerinci, Juli 2012
Selain perjalanan di atas masih banyak perjalanan Cici yang lainnya. Kami pernah berlayar dengan kapal kayu yang tukang mogok selama 9 jam dari Carita ke Pulau Peucang, Ujung Kulon. Perjalanan mengerikan bagi kami orang dewasa, tetapi ternyata sangat menyenangkan untuk anak - anak. Mereka berteriak kesenangan ketika ombak besar sekali, serasa naik kora - kora. Sedangkan orang dewasa di sekitarnya pucat pasi.

November kemarin ada lagi cerita lainnya. Saya, Cici dan Ria-teman saya seharusnya naik pesawat dari Jakarta ke Lombok. Sayangnya malam itu kami ketinggalan pesawat dan akhirnya kami road trip dari Surabaya ke Mataram, mulai dari naik travel, feri, nebeng truk sampai berjam - jam menunggu di pelabuhan. Hanya kami bertiga bersama 2 carrier besar, 2 travel bag besar, 2 daypack dan 2 travel bag kecil. Cici alhamdulillah sangat tidak menyusahkan. Jam 11.40 malam kami tiba di Surabaya, sebelumnya Cici tertidur pulas di pesawat, dan saya sempat kebingungan bagaimana nanti caranya turun dari pesawat sambil menggendong Cici dan membawa beberapa tas. Alhamdulillah sesaat sesudah landing Cici terbangun dan mau berjalan sendiri. 

Jadi..apakah pertanyaan kami bisa terjawab ? 

Apakah Cici mengerti ? saya kira jawabannya adalah iya. Mengerti sesuai dengan kapasitas dan pemahamannya. Cici mengerti bagaimana harus bersikap, bagaimana harus bertahan, bagaimana harus menikmati perjalanan. Menurut saya itulah yang paling penting. Mengertikah Cici mengenai mendaki gunung , mengenai hakekatnya ? Entahlah, bagi sayapun itu tidak penting. Setiap orang akan mengalami proses yang berbeda untuk mendapatkan jawabannya masing - masing. Itulah yang saya harapkan dari Cici, mengerti dengan sendirinya, pada waktunya. Semua adalah proses, perlu waktu, tidak instant.

Ketika SMA saya mulai mendaki gunung dan membaca buku-nya Norman Edwin, George F Mallory dan lainnya. Tidak ada jawaban yang memuaskan saya. George F. Mallory menjawab "Because it's there" , ya karena gunung itu ada disana. Cukup memuaskan sebentar tapi tetap ada yang mengganjal. Memasuki bangku kuliah saya semakin aktif berkegiatan, berkunjung ke banyak tempat baru, mendapat teman - teman baru, mendapat banyak pengalaman berharga. Mengapa mendaki gunung menjadi semakin tidak penting. Yang saya tahu saya bahagia ketika bersama teman - teman berjalan bersama, mendirikan tenda, memasak, berbincang - bincang di malam hari, tersasar, tiba di puncak, berkenalan dengan penduduk setempat, melihat foto - foto perjalanan. Saya bahagia. Lelah, kehujanan, badai, kebanjiran, kelaparan, sakit, kehabisan uang dan lainnya hanyalah bumbu, saya tidak menderita. Kuliah saya yang 4.5 tahun itu bukan hanya di bangku kuliah saja, sesungguhnya saya mendapat sekolah kehidupan disana. Sekolah yang tidak pernah berakhir selama kita masih bernafas.

Saya semakin bahagia ketika pertama kali mendengar Paimo berkata : tujuan kita naik gunung adalah kembali dengan selamat. Ya, saya setuju sekali, apapun yang kita lakukan tujuannya hanyalah kembali dengan selamat. Mati konyol tidak ada dalam kamus saya, karena itu safety is always no 1, miliki ilmunya, dan persiapkan segala sesuatunya dengan baik. Puncak bukanlah tujuan, destination is nothing, journey is everything. Setiap orang mungkin akan punya alasan yang berbeda, sah - sah saja tentunya.

Apakah saya dan suami tidak kasihan ? Hmmm, kasihan kenapa ya ? Iseng saya mencari arti kata kasihan dalam Bahasa Indonesia. Menurut Kamus Bahasa Indonesia online, kata kasihan berasal dari kata "kasih" yang artinya perasaan sayang. Ketika diberi imbuhan "an" maka kata "kasihan" memiliki arti rasa iba hati, rasa belas kasih. Referensinya ada disini

Sebagai orang tua kandung Cici, apalagi saya sebagai ibu yang mengandung, melahirkan, dan menyusui Cici maka InshaAllah kami "kasih" kepada Cici. Kami menyayanginya. Tak pernah terpikirkan membuat Cici menderita, menangis tidak pada tempatnya atau membuat Cici sakit dan susah. Kami menyayangi Cici dengan cara kami, kami "kasih" terhadap Cici.  

Sebelum bepergian biasanya kami melakukan riset terlebih dahulu, bertanya, membaca dan mempersiapkan segala sesuatunya. Perjalanan yang kami lakukan bukan perjalanan serba mewah dengan fasilitas serba wah, tapi kami akan pastikan anak kami - Cici merasa nyaman, aman dan tidak kekurangan sesuatu.

Ketika mendaki gunung kami pastikan Cici memakai pakaian yang sesuai, jaket yang hangat, raincoat yang baik, tersedia dengan cukup makanan yang disukainya, dan minuman favoritnya. Kami menjaganya, teman - teman kami juga menyayangi Cici, dan Cici akan selalu jadi prioritas utama kami. Jadi ya kami kasihan terhadap Cici, tapi bukan kasihan yang berarti iba hati, tetapi lebih kepada kasihan yang berarti rasa belas kasih.

Sejauh ini Cici baik - baik saja dan saya berdoa semoga begitu seterusnya. Sungguh tidak ada niat untuk membanggakan diri atau lainnya dengan membawa Cici naik gunung. Kami hanya ingin mengenalkan kegiatan yang kami sukai kepada anak kami, itu saja. Bila dewasa kelak tentu Cici akan bisa memilih dan memilah, apakah perjalanan masa kecilnya berguna atau tidak.

Sejujurnya saya tidak suka publikasi, belakangan saya berhenti memposting foto - foto kegiatan Cici juga kegiatan keluarga kami kecuali ada keperluan khusus. Saya menolak tawaran wartawan untuk memuat cerita Cici mendaki Kerinci di media cetak. Entah mengapa jauh di lubuk hati saya merasa ada peluang untuk "riya" disana, menyombongkan diri dan lainnya. Sungguh kami tidak ingin terbawa kesana. Biarlah Cici memiliki masa kecilnya yang biasa saja, dengan sedikit bonus pengalaman yang kami berikan.

Jadi ?
Saya dan suami akan terus mengajak Cici dan anak kami kelak kemana saja. Kami percaya pengalaman adalah guru yang terbaik. Menderita itu relatif, kebahagiaan itu mutlak. 

Dear teman penulis status di atas, terimakasih telah membuat kami berrefleksi hari ini :) Semoga kami bisa terus membimbing putri kami Cici, menjadi anak yang ceria, berkarakter baik, berhati mulia, sehat jasmani dan rohaninya. Amin.

Bunda dan Popo menyayangimu Nak, tumbuhlah menjadi penyejuk bagi sekitarmu
All photos were taken by my husband - Helmy Noermawan. Credit is required if you want to use those in yours. Thank you.

Saturday, December 22, 2012

Habibie dan Ainun

Hat trick juga akhirnya, 3 weekend pergi ke mall dan nonton film. Sampai - sampai Cici bingung : kenapa kita ke mall lagi :)

Kali ini karena Habibie dan Ainun. Sejak melihat trailer film ini 2 minggu yang lalu kami ingin menontonnya. Sayapun teringat dari dulu ingin membaca buku ini tapi kok ya kelupaan beli terus. Terlupakan sampai 2 minggu yang lalu. Akhirnya pesan di Inibuku dan langsung tamat dalam beberapa hari saja.


Kesan saya : thousands thumbs up. Selama ini saya hanya mengetahui Bapak Habibie sebagai orang Indonesia paling cerdas, ahli pesawat terbang, mantan wakil presiden, hingga mantan presiden. Itu saja. Saya tahu beliau pendiri ICMI, saya tahu beliau mempunyai rumah di dekat Ledeng, dan saya tahu sekarang beliau lebih banyak tinggal di Jerman. Tetapi hanya sebatas itu. Dan setelah membaca buku ini saya agak menyesal, kenapa saya baru tahu sekarang.

Buku ini membuka mata saya. Ternyata beliau adalah sosok ilmuwan yang seimbang, cerdas otaknya, hatinya dan jiwanya. Ibu Ainun adalah seorang istri yang pantas dijadikan panutan, lagi - lagi seperti Bapak Habibie, cerdas otaknya, hatinya dan jiwanya.

Bila waktu bisa berulang maka saya akan berdoa Bapak Habibie menjadi presiden bangsa ini. Bangsa sakit ini memerlukan sosok mereka berdua - Bapak dan Ibu Habibie. Cerdas dan punya hati, di atas segalanya religius walau tidak berlabel ahli agama.

Kisah cinta mereka berdua lebih indah daripada kisah Romeo & Juliet sekalipun. Cinta yang sederhana tapi menguatkan. Sangat indah. Kisah pertemanan mereka, awal berpacaran, menikah hingga masa - masa awal berkeluarga di Jerman. Sungguh sebuah kisah yang patut dijadikan teladan. Seorang Bapak Habibie-pun pernah hidup susah, harus berjalan kaki di musim dingin untuk pulang ke rumah karena kehabisan uang. Bapak Habibie seorang pekerja keras, tidur beberapa jam saja, hidupnya adalah bekerja dan keluarga. 

Ibu Ainun seorang istri dan ibu yang hebat. Kisah hidupnya menginspirasi. Diuraikan bahwa beliau selalu berpuasa Senin - Kamis, membaca Al Quran setiap hari, menyiapkan makan dan obat untuk suaminya sampai kebiasaan beliau mencium pipi Pak Habibie dan meninggalkan noda lipstick :)

Tulisan di bab - bab akhir sukses menguras emosi saya. Bagaimanapun perpisahan itu sangat menyedihkan, dan Pak Habibie mencontohkan perilaku ikhlas yang sebenar - benarnya. Mencontohkan bagaimana sebaiknya seorang suami bersikap.

Terimakasih Bapak dan Ibu, terimakasih telah berbagi cerita, semoga kami bisa melakukan hal - hal baik yang kalian contohkan.

Filmnya sendiri cukup bagus. Reza Rahadian sukses memerankan tokoh Bapak Habibie. Terlepas dari tubuhnya yang memang tinggi, aktingya jempolan. Mimik muka, cara berjalan, cara berbicara..kita seolah - olah melihat Habibie di depan kita. BCL juga bermain dengan sangat baik. Overall semua keren.



Hanya ada satu hal mengganjal. Kalau tidak salah ada 2 adegan yang memperlihatkan mereka meminum dan bersulang dengan gelas seperti gelas wine. Saya tidak tahu apa isinya atau maksudnya. Mungkin saja bermaksud bersulang saja. Tetapi bisa mengakibatkan interpretasi yang salah karena penggunaan gelas tersebut. Hmmm mungkin gelasnya mendingan ngga pakai gelas itu ya.

Overall, film yang bagus, mendekati cerita di buku walau banyak detil yang hilang.. tapi wajar saja. Ketika kami menonton kemarin bioskopnya penuh, dan ketika lampu dinyalakan tampak sebagian besar penonton habis menangis.

Andai waktu bisa dimundurkan, akan kupilih Pak Habibie dan Ibu Ainun menjadi presiden bangsa ini.



Saturday, December 15, 2012

5 cm

Weekend ini ke mall lagi, ngga papa deh, setelah sebelumnya puasa ke mall berbulan - bulan. Tujuannya nonton film lagi, 5 cm yang diputar perdana 12 Desember kemarin. Yang konon bikin heboh, yang dibilang filmnya pendaki gunung, sampai - sampai timeline Facebook saya di tanggal 12 kemarin dipenuhi komentar mengenai film ini. Sepertinya semua orang penasaran dan ingin segera nonton.

Penasarankah saya ? hmm sebenarnya tidak juga, saya sudah pernah baca bukunya beberapa tahun yang lalu. Buku bagus tapi ya begitu saja. Setelah membacanya tidak ada kesan yang tertinggal. Bagi saya buku yang bagus harus meninggalkan kesan, harus ada sesuatu yang bisa diingat. Tapi apa daya, mantan pacar pengen nonton, mari kita menonton kalau begitu.


Promosi film ini heboh sekali ya, dan terus terang melihat siapa di balik layarnya ya wajar saja. Marketing yang baik, bertabur bintang yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik, sutradara terkenal, tempat syuting yang memang menawan. Seharusnya film ini menjadi sangat menarik tapi mohon maaf sepertinya film ini kurang berhasil, dan tebakan saya benar, jalan ceritanya kurang kuat, sama seperti novel-nya. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada Mas Donny Dhirgantoro, karena sebetulnya siapa sih saya..tetapi keluar dari bioskop tadi saya tidak merasakan apa - apa. Tidak ada kesan tertinggal.

Rizal Mantovani sutradara cerdas, film ini sangatttttttttt indah. Sudut sudut pengambilan gambarnya keren, jempolan. Rizal sukses menampilkan Semeru yang cantik. Pasti dalam waktu dekat jumlah pendaki di Semeru akan meningkat tajam. Jalur pendakiannya, Ranu Kumbolo, Arcopodo, semua cantik, tergambarkan dengan sangat baik. Tapi memang karena jalan ceritanya kurang kuat, film ini jadi kurang memiliki jiwa. Banyak adegan yang sepertinya bertujuan membangkitkan rasa haru penonton yang tidak berhasil. Contohnya adegan upacara 17-an di Puncak Semeru, kok saya..juga suami tidak merasakan keharuan yang sama ya. Entah kenapa, mungkin kami saja yang merasa begitu.

Tentang mendaki gunungnya juga sepertinya banyak adegan kurang pas. Beberapa teman yang pernah juga ke Semeru protes, mulai dari adegan summit attack yang terlalu lebay, sampai poster film ini yang memperlihatkan para pemain memegang tali mendaki lereng. Kayanya Semeru ngga segitunya deh :) Menurut suami kelihatan sekali hasil digital imaging-nya, talinya bohongan.

Tetapi ternyata film ini sukses berat, penontonnya berjubel dimana - mana. Mungkin karena di-launch pada saat yang tepat, saat liburan sekolah. Mungkin juga karena magnet ganteng Fedi Nuril (halo Maul haha). Film ini sukses dan sudah pasti untung besar. Selamat Ram Soraya.

Wednesday, December 12, 2012

Dendeng Batokok Siulak Deras

Dendeng adalah salah satu masakan olahan daging yang populer di Indonesia. Lain lubuk lain belalang, setiap daerah ternyata punya resep dendeng yang berbeda - beda. Ketika mendengar kata dendeng yang terbayang di benak saya adalah irisan tipis daging yang sudah dikeringkan, cenderung manis dan beraroma ketumbar. Harganya cukup mahal, sering dijadikan bekal naik gunung dan biasanya hanya digoreng sebentar saja di minyak panas.

Ada juga dendeng khas Rumah Makan Padang, salah satu favorit saya adalah dendeng Uni Upik - Rumah Makan Padang di bilangan Kebagusan, di dekat kantor saya. Daging kering yang disantap dengan bumbu merah balado. Enak tapi tidak terlalu istimewa untuk saya. Rendang dan ayam setan-nya lebih menarik hati.

Bagaimana dengan Dendeng Batokok ? Harus saya akui inilah juaranya dendeng. Dendeng Batokok Siulak Deras, Kabupaten Kerinci, Jambi. Juli lalu kami sempat mampir disini, makan siang yang terasa nikmat sekali, apalagi setelah 3 hari di gunung berteman dengan nasi setengah matang :)

Siang itu kami sedang dalam perjalanan menuju Danau Kerinci, perjalanan masih jauh dan kami semua kelaparan. Pak Supir menyarankan kami makan siang di Siulak Deras, konon Dendeng Batokok-nya paling enak dan asli. Kami tentu setuju.

Ternyata semua rumah makan di dekat Pasar Siulak Deras berjualan dendeng, dan semua memasang label ASLI, ho ho lalu mana yang palsu. Pak Supir memilih rumah makan paling ujung, kecil dan sederhana saja, katanya ini yang asli, lagi - lagi kami setuju saja.

RM Dendeng Batokok Asli yang paling ASLI
Jam makan siang sudah lewat, tapi rumah makan ini penuh, pertanda masakannya memang enak. Tidak ada buku menu. Pelayan rumah makan langsung menghidangkan nasi putih di dalam mangkuk besar, rendang, keripik singkong, saus merah seperti sambal ayam pop, gulai ikan, gulai nangka dan tentu saja hidangan utamanya : irisan daging panggang yang masih dijepit di dalam panggangan, Dendeng Batokok.

hidangan di RM Dendeng Batokok Asli
Lho kok dendengnya tidak kering ? ternyata inilah ciri khasnya. Dendeng Batokok ini empuk sekali, juicy dan tidak alot. Berbeda dengan saudaranya Dendeng khas Minang yang cenderung kering. Tekstur Dendeng Batokok lebih mirip steak yang dipanggang medium, bedanya daging yang ini sudah matang betul. Bumbunya meresap, enak dan segar. 

Dendeng Batokok Siulak Deras
Nama Batokok sendiri mempunyai arti, dalam Bahasa Kerinci artinya dipukul - pukul. Sebelum dipanggang daging yang sudah dibumbui akan ditokok atau dipukul - pukul pelan agar pipih dengan menggunakan palu. Mungkin inilah rahasianya sehingga dagingnya matang sempurna dan tidak alot.

Makan siang nikmat itu ditutup dengan es sirup kayu manis, segar. Sirup kayu manis sendiri adalah salah satu   hasil unggulan dari Kerinci. Selama ini Kerinci memang dikenal sebagai salah satu penghasil kayu manis terbesar di Indonesia. Konon Dendeng Batokok akan lebih nikmat bila dipanggang di atas batang kayu manis, hmmm harum. 

wajah - wajah kelaparan, perbaikan gizi setelah mendaki gunung
Hingga saat ini saya masih penasaran dengan resep Dendeng Batokok ini, ada beberapa resep beredar di internet tapi belum pernah saya coba. Yang jelas memasaknya perlu kesabaran. Beruntung saya bertemu dengan Ibu-nya Edo - tetangga saya yang asli Kerinci. Beliau bercerita mengenai proses pembuatan Dendeng Batokok. Minimal diperlukan waktu 1 malam untuk merendam irisan daging didalam air kelapa dan bumbu. Bumbunya sederhana saja : bawang putih, ketumbar, dan jahe yang dihaluskan. Daging dan air rendamannya direbus sampai empuk, baru ditokok dan dipanggang sampai kecoklatan. Nampak mudah, mari dicoba :)

Nama    : RM Dendeng Batokok Asli
Alamat  : Siulak Deras, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi
Harga    : +/- IDR 30k per orang, termasuk minum, nasi double portion dan lauk pendamping
Rumah makan sederhana, buka siang hari

All photos were taken by my husband - Helmy Noermawan. Credit is required if you want to use those in yours. Thank you.

Sunday, December 9, 2012

Ketinggalan Pesawat dan Half Road Trip : Jakarta - Mataram

Sampai saat ini berangkat ke bandara selalu sukses bikin saya deg - degan, bukan apa - apa, ogah aja ketinggalan pesawat. Tiket memang bisa di refund, tapi jadwal perjalanan molor pasti bikin ngga enak.

Traffic menuju Bandara Soekarno Hatta memang paling bikin jantungan, ngga bisa diprediksi. Demo, banjir, dll selalu sukses membuat kemacetan. Apalagi mengingat rumah saya jauh di Kabupaten Bogor sana, lebih baik nunggu di bandara berjam - jam daripada telat.

Tapi gimana dong kalau ke bandara-nya pulang kantor alias baru bisa berangkat jam 5 sore dan flightnya jam 8 malam ? Teorinya sih harusnya ga telat ya, seharusnya TB Simatupang - Soekarno Hatta bisa ditempuh dalam 1.5 jam saja, tapi ternyata ....

Sore itu teman saya Ria sudah standby di taksi, menjemput saya ke kantor dan siap berangkat ke bandara. Waktu menunjukkan jam 5 kurang, seharusnya saya sudah bisa kabur. Tapi ternyata ada 1, 2 , 3, 4 dll hal yang harus diselesaikan dulu. Menjemput Cici di daycare dan akhirnya kami bertiga duduk manis di taksi bersama 2 carrier besar, 2 daypack, 2 travel bag jumbo dan 2 travel bag mini. 

Jam 5.30 kami meninggalkan parkiran dan keluar gerbang..ternyata macet. Bukan macet yang biasa dan sukses membuat shock luar biasa. Saya meminta supir taksi memutar balik dan mengambil jalan potong di belakang kantor saya agar bisa langsung masuk tol di Pasar Minggu. Lancar sebentar dan kemudian berhenti total..dududu, betul - betul tidak ada yang bisa diperbuat, maju mundur diam. Sesaat kami panik tapi kemudian santai, ah tenang..pesawatnya pasti delay seperti biasa. Masih sempatlah, kamipun sejenak melupakan kemacetan dan asik ngobrol.

Jam 6.30 kami baru masuk tol Pasar Minggu. 1 jam untuk menunggu dalam kemacetan. Suami saya menelpon menanyakan kabar, dan ikut panik mendengar kami baru masuk pintu tol. Supir taksi tanpa diperintah langsung injak gas menuju tol BSD. Dalam hati saya juga panik, kalau sampai ketinggalan pesawat   gimana ya ? dan lagi - lagi dengan tenangnya kami bilang : tenang, pesawatnya pasti delay.

Jam 7.30 kami memasuki tol bandara, strategi mulai disusun. Normalnya kami sudah tidak bisa check in. Penerbangan domestik akan menutup counter check in 30 menit sebelum keberangkatan. Tapi ya dicobalah, mau gimana lagi. Ria akan bergegas turun membawa tiket dan memastikan kita bisa check in, sedangkan saya akan mengatur barang bawaan, bagaimanapun ngga mungkin tas tas besar nan lucu ini kita tinggal.

Jam 7.50 kami tiba di terminal 1A, sesuai rencana Ria langsung berlari. Dibantu supir taksi saya menurunkan barang - barang, memanggil porter dan menggendong Cici yang tertidur. Harap harap cemas menunggu kabar dari Ria, walaupun jelas terdengar public announcement, panggilan terakhir penumpang pesawat dari Jakarta  tujuan Lombok. Hingga akhirnya HP saya berbunyi, panggilan masuk dari Ria : "Udah ngga bisa Mba, udah final call". Haha ya sudahlah, kami ketinggalan pesawat, tiket promo kami hangus, tidak bisa direchedule dan hanya bisa refund 10%.

Strategi berikutnya dilancarkan, Ria menggendong Cici sambil menunggu barang dan saya mencari tiket. Tujuan pertama Lombok, besok pagi pun tak apa. Kami rela semalaman tidur di bandara. Tapi ternyata oh ternyata, tidak ada. Semua full sampai 1 minggu kemudian, bahkan ke Bali-pun tak ada. Para calopun menyerah, bisa - bisanya mereka ga punya tiket. Kalaupun ada mereka menawarkan tiket malam ini ke Surabaya naik Garuda last flight yang harganya 2.5 juta per orang. Hadeuh, mending saya pulang Om.

Jam 8.45, di depan counter Citilink di terminal 1C, akhirnya saya berkenalan dengan calo yang menawarkan tiket ke Surabaya dengan harga lebih murah daripada di counter. Last flight jam 09.40 hanya 800 rb saja, sedangkan di counter harganya 1.1 juta. Ya sudahlah sepertinya itu pilihan terbaik, daripada ngga ada kan.

Jam 9 malam, saya kembali ke terminal 1A, menjemput Cici dan Ria. Kembali ke terminal 1C dan beli tiket untuk Cici di counter Citilink, 750 rb. Lagi - lagi public announcement memanggil penumpang ke Surabaya. Haduh, panik attack lagi, jangan sampai dong ketinggalan pesawat keduakalinya.

Ditemani rekanan calo (baca : petugas bandara) kami serasa pejabat dikawal naik pesawat. Tiket atas nama Winarto, haloooo Ibu Winarto, bagasi segambreng bisa check in, sampai motong antrian bayar airport tax :) maafkan kami Bapak Ibu ho ho.

Bapak petugas yang saya lupa namanya itu benar - benar memastikan kami naik ke pesawat, sempat - sempatnya bersalaman dan pamit. Haha, pertama kalinya saya benar - benar bersyukur tinggal di Indonesia dengan segala keajaibannya. 

Pesawat berangkat tepat waktu, syukurlah. 1 jam penerbangan ke Surabaya kami pakai tidur, Cici untungnya juga tertidur setelah protes kelaparan dan ngga dapat makan di pesawat. Maafkan Bunda Nak.

Jam 11.40 kami tiba di Djuanda, Surabaya. Setengah memaksa saya membangunkan Cici yang tertidur nyenyak, untungnya anak baik mau bangun sendiri dan berjalan kaki. Ria mengambil barang dan saya mencoba mencari rentalan mobil di luar. Taksi resmi bandara pasang tarif 950 rb ke Banyuwangi, terlalu mahal. Lagipula kami ngga yakin naik sedan untuk perjalanan malam keluar kota, barang banyak pula.

Seorang Mas - mas menawari saya rental mobil avanza, 900 rb - 800 rb - 700 rb dan akhirnya saya berhasil di harga 650 rb. Kami segera menuju parkiran, loading barang dan duduk manis di dalam mobil. Ngga pakai lama mobil segera meluncur meninggalkan bandara, tiba di kantor travel dan kami disuruh pindah mobil..lho lho apa maksudnya nih. Tadi di bandara kami dijanjikan hanya memakai mobil ini untuk kami bertiga, tiba - tiba sekarang kami disuruh pindah mobil dan ada 1 penumpang tambahan.

Jam 00.30 dan saya malah debat kusir dengan bapak - bapak pengurus travel, pasalnya saya minta turun harga, minimal sama dengan harga yang dibayar Mas - Mas penumpang tambahan, 150 rb seorang. Bapak travelnya menolak, alasannya tadi sudah deal di 650 rb. Lha tapi kan ngga pakai ada tambahan penumpang Pak. Akhirnya setengah kesal (sepertinya hehe) mereka setuju di harga 550 rb untuk kami bertiga. Baiklah. O iya, ternyata Gantara Tour&Travel ini bisa dipesan lewat telpon lho, lumayan juga kalau kapan - kapan perlu. Nomor telponnya : 031-31120164. Alamatnya di By Pass Juanda Baru no 9. Nanti bisa janjian dijemput di bandara juga.

Perjalanan dimulai, tujuan kami kali ini adalah Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, ujung timurnya Pulau Jawa. Menurut Pak Supir kami bisa tiba sekitar jam 5 - 6 pagi. Beruntunglah Mas Mas yang tadi sempat kami jutekin ternyata orangnya baik, sepanjang perjalanan dia berusaha mengajak kami mengobrol, dan yang lebih penting juga mengajak Pak Supir mengobrol, biar ngga ngantuk.

Sekitar jam 2 malam mobil berhenti sebentar untuk makan malam, akhirnya. Cici sudah tertidur, padahal dia kelaparan. Akhirnya hanya kami berdua yang makan, Ria pesan nasi pecel ayam dan saya pesan capcay. Lumayan enak juga dan ngga terlalu mahal.

Jam 5 pagi kami tiba di Glenmore, Banyuwangi. Lucu ya namanya Glenmore, matahari sudah tinggi sekali. Dan ternyata pemandangan di luar indah sangat. Belakangan saya baru tahu, ternyata nama Glenmore ini diambil dari nama perkebunan tembakau di daerah ini. Sebuah nama yang berasal dari Irlandia atau Skotlandia. Keren.

Jam 6 pagi kami tiba di Ketapang. Alhamdulillah. Barang - barang diturunkan dan seorang Bapak yang baik hati membantu mencarikan porter untuk membawa barang ke kapal. 3 orang porter, tarifnya 10 rb per orang.

Kami langsung membeli tiket dan naik ke feri. 6000 saja per orang, murah. Barang - barang kami taruh di dekat tangga, dan kami naik ke dek, mencari tempat duduk, sarapan nasi rames 5000 per bungkus. Cici lapar tapi sayang lauknya pedas. Feri yang kami tumpangi pagi itu kosong, leluasa kami bisa memilih tempat duduk. Dan tidak menunggu lama kami segera berangkat. Di luar pemandangan indah, langit biru, air laut hijau tosca, puncak Raung di kejauhan, sempurna.

Selat Bali, puncak Raung di belakang sana
Cici sudah aktif kembali, sibuk berjalan - berjalan mengelilingi kapal. Dan tetep protes karena lapar, untung susu kotak bisa jadi pengganjal yang ampuh.

Seorang Bapak yang duduk di bangku depan mengajak kami mengobrol, dia menanyakan tujuan kami dan tanpa basa-basi menawari kami untuk menumpang truknya sampai Denpasar. Hmmm ide bagus, setidaknya di Denpasar akan lebih mudah. Lagipula kami tidak yakin akan dapat sewaan mobil di Gilimanuk. Kami masih menunggu kabar dari teman yang mencarikan tiket pesawat Denpasar - Mataram, walaupun harapan kecil, tapi harus dicoba kan.

keluarga kecil dan bahagia, 1 anak cukup
Sebelum merapat saya segera turun ke bawah dengan Pak supir truk, loading barang - barang dulu ke atas truk. Kerjabakti kami berdua menaikkan barang ke atas truk, berat juga ternyata. Beberapa saat kemudian Cici dan Ria menyusul turun, dan kami bertiga duduk manis di dalam truk.

siap - siap naik truk
Jam 8.30 pagi waktu Indonesia Tengah, kami tiba di Gilimanuk. Sedih juga mengingat perbedaan waktu 1 jam antara Indonesia Barat dan Indonesia Tengah, kami sudah kehilangan waktu 1 jam. Tapi akhirnya terlupakan, tujuan berikutnya adalah tiba di Denpasar secepat mungkin.

truk yang kami tumpangi - Pelabuhan Gilimanuk
Perjalanan menuju Denpasar cukup menyenangkan, kami melawati Taman Nasional Bali Barat, menyejukkan. Cici kegirangan melihat banyak sekali sapi dan monyet di pinggir jalan. Karena mengantuk akhirnya saya dan Cici tertidur, tinggallah Ria mengobrol dengan Pak Supir, sepanjang jalan haha.

Pencarian tiket pesawat nihil, semua flight ke Mataram penuh. Alternatif kedua adalah kapal cepat, saya pesan tempat via telpon di Perama. Tetapi kapal terakhir berangkat jam 1 siang dari Padang Bai, lagi - lagi sepertinya tidak mungkin. Baiklah, pilihan terakhir adalah menyebrang dengan feri dari Padang Bai menuju Lembar.

Jam 1 siang kami tiba di terminal Mengwi, Denpasar. Ria akhirnya berpisah dengan Pak Supir yang terus menerus berusaha meminta no telpon Ria haha. Barang - barang kembali diturunkan dan kami berpisah dengan Pak Supir truk disini. Terimakasih banyak Pak.

Kami menyewa 1 APV untuk mengantar kami ke Padang Bai, 250 rb sekali jalan, tarif resmi, APV baru. Di Denpasar kami sempatkan mampir ke Mc Donald, sebelum anak kecil ini menjadi galak hoho. Di dalam mobil Cici kegirangan : " Enak Bunda, sekarang adem"  haha. Betul juga.

dari truk ke APV baru
Jam 2.30 siang kami tiba di Padang Bai. Panas terik. Tanpa banyak berharap saya menanyakan jadwal kapal cepat kepada para calo yang menyambut kami. Sudah berangkat jam 1 siang tadi, dan kapal berikutnya besok pagi. Bye bye fast boat.

Kami segera membeli tiket feri di loket, 35 rb untuk dewasa. Tawar -tawaran harga lagi sama porter, dan deal di harga 50 rb. Bergegas kami menuju feri, berharap bisa langsung naik dan berangkat. Ternyata tidak ada kapal. Melayanglah harapan bisa tidur siang di kapal, kami masih harus menunggu kapal tiba dari Lembar, entah kapan.

Akhirnya kami duduk - duduk saja di pintu masuk, menunggu. Cici seperti biasa mondar - mandir ngga bisa diam. Sedangkan kita berdua sudah mengantuk berat.

Jam 4.30 sore, kapal yang dinanti tiba. Bergegas kami naik ke kapal, memblok 1 deret bangku dan lagi - lagi menunggu. Kapalnya ngga berangkat - berangkat. Ria sudah ketiduran, Cici juga ikut tertidur dan mau ngga mau saya bangun menjaga barang - barang.

Bukan saja lambat berangkat, ternyata kapal ini juga lambat sangat. Padahal laut tenang, harusnya bisa ngebut kan. Benar - benar ujian kesabaran.

Jam 10.30 malam, akhirnya kami tiba di Lembar..Pulau Lombok, akhirnya. Porter - porter kembali membantu kami membawa barang dan mencarikan mobil. 100 rb sewa mobil dari Lembar ke hotel kami di Mataram. Perut lapar, mengantuk, pengen mandi tapi bahagia..kami tiba di Lombok :)

Jam 11.15 malam, kami sudah di kamar. Seharusnya 24 jam sebelumnya kami sudah tiba disini, turun dari pesawat yang membawa kami dari Jakarta . Setidaknya kami hanya terlambat 24 jam saja.

Perjalanan selanjutnya di Lombok dan Bali penuh cerita. Belajar dari pengalaman sebelumnya kami tidak mau lagi ketinggalan pesawat Denpasar - Jakarta. Syukurlah walau jalanan macet, ribut lagi sama porter dan lainnya lainnya, kali ini kami tidak terlambat :)

see you in the next trip
Lesson learned :
  • Ketinggalan pesawat itu ga enak, rugi waktu dan pastinya rugi uang, jadi berdoalah yang banyak agar ga kena macet dalam perjalanan ke bandara, agar ga ketemu porter yang sukanya rebutan trolley dan berdoalah agar pesawat delay sesuai keperluan kita
  • Web check in kadang sangat berguna, sempatkan untuk web check in agar tinggal drop bagasi saja di bandara
  • Pilihlah teman seperjalanan yang asik, yang bisa jadi baby sitter, jadi porter sekaligus menjadi teman
  • Every journey has their own story, nikmati sajalah :)
#Trip with friends, November 2012

All photos were taken by me and my friend - Ria Lestari. Credit is required if you want to use those in yours. Thank you.

Saturday, December 8, 2012

Bidadari Bidadari Surga

Weekend kali ini kami main ke mall, tujuan utamanya adalah memotong rambut anak kecil kriwil bernama Cici. Tujuan berikutnya adalah nonton film kalau ada yang bagus, maklum ternyata sudah lama juga kita ngga nonton di bioskop.

Ternyata 6 Desember kemarin adalah pemutaran perdana-nya Bidadari Dari Surga, film yang diadaptasi dari buku berjudul serupa yang ditulis oleh Tere Liye. Cocok, betulan wajib tonton. Saya adalah penggemar Tere Liye. Buku - bukunya saya koleksi, walau belakangan ceritanya agak "dangdut" sedikit.

Singkat cerita film ini bagus, dibandingkan Hafalan Sholat Delisa, film Bidadari dari Surga jauh lebih cantik, sinematografinya bagus, dan cukup bisa mewakili isi bukunya secara keseluruhan.


Nirina Zubir cocok sekali memerankan Kak Laisha. Nirina yang cantik bisa berubah menjadi Kak Laisha yang hitam, berambut keriting, agak pincang dan bungkuk. Penghayatan sempurna. Pemeran lainnya juga ok, secara keseluruhan filmnya enak ditonton.

Bidadari - Bidadari Surga menceritakan kehidupan Laisa dan keluarganya di Lembah Lahambay. Mereka adalah keluarga miskin, ayah mereka meninggal diterkam harimau ketika Yashinta, anak paling kecil masih di dalam kandungan.

Sebagai anak tertua dari lima bersaudara maka Laisa mengambil alih tanggung jawab Ayahnya untuk merawat Ibu dan adik - adiknya : Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta. Mereka bekerja keras, berja di ladang, menyadap karet di hutan, mengambil kayu dan masih banyak lagi.

Laisa terlahir tidak sempurna, tidak rupawan seperti adik - adiknya. Tapi hatinya rupawan, berkemauan keras, rajin bekerja dan cerdas. Laisa dengan ide perkebunan strawberry-nya berhasil membawa perubahan bagi keluarga dan kampung tempat tinggalnya. Keluarga miskin itu akhirnya hidup berkecukupan. Dalimunte berhasil menjadi profesor, dan adik - adiknya yang lain juga telah selesai kuliah dan bekerja.

Sayangnya Laisa sulit menemukan jodoh, hingga akhirnya Dalimunthe harus menikah terlebih dahulu, melangkahi Laisa. Merasa sangat bersalah Dalimunthe berusaha mencarikan jodoh untuk Laisa. Selalu gagal, pria - pria yang dikenalnya selalu mundur setelah melihat foto Laisa yang tidak menarik. Hingga Dharma yang telah beristri akhirnya juga mendekati Laisa. Dharma diminta istrinya menikah kembali karena dia tidak bisa memberikan keturunan, dan Laisa adalah wanita yang dipilih oleh istrinya. Nampaknya Laisa juga jatuh hati dengan Dharma, sayangnya lagi - lagi pernikahan itu gagal. Istri Dharma ternyata hamil, dan berita itu didengarnya tepat sebelum ijab kabul dengan Laisa, kembali Laisa harus menangis.

Di akhir cerita dikisahkan bahwa Laisa menderita Kanker Paru - Paru, dan akhirnya meninggal dunia. Tetapi Laisa pergi dengan bahagia : "Laisa senang Mak, karena Laisa punya kehidupan yang bahagia". Ya, Laisa bahagia melihat adik - adiknya sukses dan bahagia, Mak-nya bahagia bersama Menantu dan Cucu, walaupun dirinya sendiri selalu bersedih.

Banyak pesan bagus yang disampaikan di film ini. Walaupun jodoh semata - mata adalah rahasia Allah tapi bukan rahasia apabila penampilan fisik sangat mempengaruhi proses perkenalan dua manusia untuk kemudian jatuh hati.

Laisa memang tidak cantik rupanya, tapi hatinya cantik. Tapi tetap saja dia tidak laku, pria - pria langsung mundur melihat fotonya yang tidak menarik. Bahkan dikisahkan seorang Ustadz yang dalam ceramahnya jelas - jelas menyatakan pentingnya mencari istri yang cantik hati. Dalimunthe berharap lebih kepada Ustadz ini dan bermaksud menjodohkannya dengan Laisa. Ternyata sama saja, dikisahkan sang Ustadz mengucapkan MasyaAllah ketika bertemu Laisa pertama kalinya. Sindiran halus sekali bagi kaum pria :)

Bravo Tere Liye, tetap berkarya dan tetap menginspirasi.