Pages

Tuesday, April 9, 2013

Cerita di Balik Noda : Semangkuk Sup Hangat dari Ibu Indonesia

Anak - anak adalah sumber kebijaksanaan hidup yang tidak pernah kering. Kenakalan mereka adalah kilau emas dan kepolosan mereka adalah mentari pagi yang menghangatkan # Fira Basuki
Fira Basuki adalah salah seorang penulis novel favorit saya. Buku - bukunya selalu menginspirasi. Trilogi Jendela - Jendela, Pintu dan Atap menemani perjalanan hidup saya sebagai seorang mahasiswa. Brownies dan Biru menjadi sahabat setia ketika saya harus pergi meninggalkan rumah, bekerja dan mandiri. Tak disangka saat ini Fira hadir kembali, menginspirasi hidup saya sebagai seorang istri dan ibu melalui buku terbarunya : Cerita di Balik Noda - 42 kisah inspirasi jiwa.

Untuk para Ibu di Indonesia. Berani kotor itu baik.

Fira Basuki mengembangkan dan menuliskan kembali 38 cerita yang ditulis oleh para peserta lomba menulis bertema "Cerita di Balik Noda" yang diadakan oleh Rinso Indonesia melalui Facebook. Sedangkan Fira sendiri menuliskan 4 cerita dengan tema yang sama, sehingga total ada 42 cerita di buku ini.

Seperti biasa gaya bahasa Fira sangat menarik, sederhana, lugas dan tidak membosankan. Membaca cerita - cerita di buku ini seperti membaca Chicken Soup for the Soul rasa Indonesia. Tema yang sederhana ternyata bisa menghasilkan banyak cerita yang menginspirasi. 

Dari buku ini pula saya belajar bagaimana seorang penulis yang baik memilih judul untuk sebuah cerita. Saya perhatikan  bahwa hampir semua judul cerita di buku ini dituliskan kembali oleh Fira menjadi lebih sederhana tetapi sekaligus lebih menarik. Misalnya cerita berjudul Koki Cilik ternyata memiliki judul asli yang panjang : "This is it! Kue Lumpur ala Chef Annisa Queen". Bagi saya judul Koki Cilik memang terasa lebih menggigit4 jempol untuk Fira.

Ada cerita apa saja di dalamnya ? Banyak sekali. Semuanya bermuara kepada hubungan ibu (perempuan) dan anak. Cerita favorit saya adalah cerita di halaman 221 yang berjudul Si Kaya dan Si Miskin. Cerita ini dikembangkan dari tulisan Donny Abidin yang berjudul Baju Si Kaya dan Si Miskin

Sheva adalah murid kelas dua Sekolah Dasar di sekolah favorit. Ia berasal dari keluarga miskin, kedua orang tuanya bekerja keras agar Sheva mendapat pendidikan yang terbaik. Dengan gaji pas-pasan orang tua Sheva menabung dan mendaftarkan Sheva ke sekolah terbaik di kota tempat tinggal mereka. Sheva sering menjadi bahan ledekan karena hanya memiliki 1 sepatu, 1 tas murahan, tidak memiliki telpon genggam bahkan karena Sheva pulang dan pergi sekolah tanpa sopir. Terkadang Sheva mengeluh terhadap Ibunya tetapi sang Ibu yang baik hati  bisa menjawab dengan bijak.

Ibu
"Mereka hanya bercanda Sheva. Biarkan saja, suatu hari kamu akan memiliki benda yang lebih bagus daripada punya temanmu. Menurut Ibu, bajumu jauh lebih bagus daripada milik teman - temanmu. Lebih putih, karena Ibu selalu mencucinya sendiri dengan benar."
Sheva
"Ibuku selalu punya cara untuk menghiburku. Tapi mengenai baju, Ibu benar. Kalau aku perhatikan, bajuku lebih putih dibandingkan punya teman-temanku. Mungkin karena ibuku mencucinya sendiri dengan hati. Sementara teman - temanku menyerahkan cucian mereka kepada pembantu. Entahlah."
Ketika membaca paragraf di atas saya tersentil. Kebetulan ketika membaca cerita ini saya sedang dalam perjalanan ke kantor di pagi hari. Saya langsung teringat pada Cici - putri saya yang berusia 3.5 tahun, saat ini ia berada di rumah bersama asisten rumah tangga kami. Berdua saja di rumah, sedangkan saya dan suami seharian penuh bekerja. Sesaat saya merasa sedih. Apakah saya sudah menyayangi Cici dengan hati ? 

Paragraf - paragraf berikutnya menyadarkan saya. Diceritakan bahwa Cindy - anak orang kaya teman Sheva ternyata tidak bahagia. Menurut Cindy, mamanya kerja seharian, dan mamanya selalu galak, suka marah - marah kalau di rumah. Sampai - sampai Cindy ketakutan ketika seragam sekolahnya kotor karena Cindy jatuh di genangan air. Beruntung ada Sheva yang mau membantu mencucikan seragam sekolah Cindy agar ia tidak kena marah mamanya. Akhir cerita yang menyenangkan, setelah kejadian tersebut akhirnya Cindy meminta Sheva menjadi temannya. Semuanya bisa terjadi karena cinta Ibu Sheva, ibu yang selalu melakukan segala sesuatu dengan cinta. Menurut Ibu Sheva, Cindy bisa memiliki benda - benda yang indah, tapi pada akhirnya Cindy memerlukan kasih sayang ibunya dan semua orang. Setuju sekali.

Ketika menutup lembaran terakhir buku ini saya berjanji untuk belajar menjadi seorang ibu yang menyayangi dengan hati dan melakukan segala sesuatunya dengan cinta. Seperti Ibu Sheva. Walaupun bekerja di luar rumah saya akan berusaha, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Bekerja bukan berarti menghilangkan kewajiban kita sebagai Ibu. Terimakasih Cindy dan Sheva, cerita kalian menginspirasi.

Akhirnya lagi - lagi saya saya sependapat dengan Fira, anak - anak adalah sumber kebijaksanaan hidup. Pikiran dan jiwa anak - anak sesungguhnya adalah guru kehidupan yang terbaik. Selalu ada hikmah di balik noda. 

Terimakasih Ibu, terimakasih untuk semangkuk sup yang menghangatkan jiwa. Supnya tumpah ! Tidak mengapa, berani kotor itu baik Ibu.

# Ulas Buku Rinso : Buku Cerita Di Balik Noda dan Berani Kotor itu Baik  

Judul Buku        : Cerita di Balik Noda - 42 kisah inspirasi jiwa
Penulis              : Fira Basuki
Penerbit            : Kepustakaan Populer Gramedia

2 comments:

  1. Ehm, sepertinya bukunya menarik, ya.Pikiran dan jiwa anak - anak sesungguhnya adalah guru kehidupan yang terbaik. Ini setuju sekali, May... Kadang pengen suka jedot2in kelapa sendiri (ke bantal, ya.. hihihi) kalo inget betapa nggak sabarannya aku ke anak2... huhuhu... makasih udah ngingetin aku hari ini ya, May..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mak..suka malu kalau Cici mulai ngomong : Bunda sih galak haha

      Delete