Terkadang kita lupa dengan apa yang kita inginkan, lupa dengan impian dan harapan.
Terkadang kita hanyut dengan keadaan, hingga akhirnya kita tersesat, dan terjebak, lost in space.
Saya ngga bisa munafik, saya sudah berada di zona kenyamanan yang diimpikan oleh banyak orang, alhamdulillah, syukur kepada Allah SWT. Tapi saya menyadari ada sesuatu yang mungkin berkurang atau mungkin hampir hilang.
Mengutip Kuda dalam salah satu postingannya dulu (ini kutipan alias jiplak..thanks Kuda he he) :
"Entah kenapa, pikiran yang tolol ini seakan mengamini apa yang dikatakan dalam (udah nonton?) The Edukators (2003). Let me rephrase it : katanya kita butuh sebuah pendorong agar hidup kita nggak monoton-monoton amat. Kita butuh adrenalin dalam perjalanan stabil, sesuatu yang tak terduga, sesuatu yang meledak, yang bikin kita terengah dan menanti harap cemas scene apa yang akan terjadi di detik selanjutnya kehidupan ini. Hal ini juga yang membuat saya - hampir tepat setahun lalu memilih untuk datang ke kantor kecil ini, bukan menuju kantor lain yang menyediakan slot untuk mengejar ambisi pribadi saya menjadi jurnalis. Adrenalin itu yang bilang, hidup kamu akan membosankan dan walaupun kencang hanya akan seperti mobil Tamiya yang ada treknya. Memang, mobil itu sekali-kali bolehlah keluar trek, tapi kan bukan itu esensi balap tamiya : kamu harus tetap di dalam trek untuk memenangkan balapan. Ya ya ya, hidup kan tidak linear dan jalan yang satu ini juga saya nantikan adrenalinnya lebih lanjut. Still waiting!
Dan disinilah sekarang saya berada. Menunggu adrenalin itu, membutuhkan sebuah pendorong agar hidup saya tidak menjadi monoton. Menunggu letupan - letupan yang bisa memicu adrenalin, yang bisa membangkitkan semangat. Lagi - lagi kata Kuda : Still waiting !
Tampak bertolakbelakang dengan postingan saya 3 bulan yang lalu mengenai Balikpapan. Mungkin karena hidup terus berjalan, pemikiran terus berubah. Saya masih terus mencari dan menunggu. Tidak konsisten memang, saya akui.
Mungkin karena banyak teman - teman sekantor saya yang pergi, resign, untuk sesuatu di luar sana yang lebih baik menurut mereka. Satu persatu teman sepermainan pergi dan akan pergi. Suasana pasti akan berubah. Tidak pernah lagi sama.
Mungkin karena matahari yang muncul selepas hujan di Mandalawangi bulan lalu. Harum tanah yang basah selepas hujan, kembang padang ilalang di Suryakencana, pepohonan sepanjang Gunung Putri, batu kerikil di puncak Gede. Satu persatu mimpi dan harapan itu muncul kembali, terangkai kembali. Saya ingin kembali.
Mungkin saya perlu kembali ke suatu tempat di Garut sana, ke suatu desa kecil, ke sebuah rumah tua dengan Abah dan Emak yang selalu tersenyum melihat saya. Ke suatu tempat dimana saya merasa diri saya dibutuhkan dan yang terpenting adalah merasa diri saya berguna..untuk orang lain, bukan diri saya saja.
Yup, saya rindu adrenalin itu, rindu rasa yang meletup-letup, rindu pendorong yang membuat hidup kita gak monoton-monoton amat (masih kata Kuda juga nih).
Pekerjaan baru, lingkungan baru, suasana baru, kembali ke hutan atau perjumpaan dengan teman sejiwa yang lain (dan juga anak kecil), hmmm mungkin saya perlu itu.
Saya perlu hujan yang turun dengan deras dan saya tetap harus berjalan menuju tujuan (bikin tambah semangat). Saya perlu sesuatu yang lain, saya perlu memulai langkah baru.
Semoga Allah SWT selalu menunjukkan jalan yang lurus (tapi masih dengan rasa yang meletup-letup itu). Semoga selalu ada kemudahan, dan di depan selalu ada terang. InsyaAllah.
No comments:
Post a Comment